Sabtu 09 Jan 2021 00:13 WIB

Apa yang akan Terjadi Setelah Abu Bakar Ba’asyir Bebas?

Ustadz Abu Bakar Ba'asyir telah bebas murni dari Lapas Khusus Gunung Sindur Bogor

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Ustadz Abu Bakar Baásyir bebas dari penjara
Ustadz Abu Bakar Baásyir bebas dari penjara

Pengamat terorisme Al Chaidar menilai pembebasan Abu Bakar Ba’asyir (ABB) dari Lapas Khusus Kelas IIA Gunung Sindur di Bogor, Jawa Barat, pada Jumat (08/01), tidak akan menimbulkan dampak yang signifikan terhadap gerakan terorisme dan keamanan dalam negeri.

“Pada dasarnya bebasnya Ustaz Abu Bakar Ba’asyir ini tidak punya efek yang terlalu berbahaya kepada pemerintah Indonesia pada saat ini karena boleh dikatakan Ustaz Ba’asyir sudah tidak memiliki pengaruh yang kuat lagi terhadap para pengikutnya. Sudah putus hubungan dengan Al Qaeda, ISIS, dan dia sekarang seperti floating leader (pemimpin yang melayang-layang). Pemimpin yang sudah ditinggalkan pendukungnya,” ucap Chaidar saat diwawancarai DW melalui sambungan telepon.

Chaidar menjelaskan secara rinci tentang banyaknya pendukung Ba’asyir yang berpaling. Bermula saat Ba’asyir meninggalkan Jamaah Islamiyah (JI) dan bergabung ke Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Kemudian ABB mengkritisi sistem organisasi MMI dengan sebutan “sistem Yahudi” sehingga membuat orang-orang MMI di seluruh cabang di Indonesia kecewa.

Selanjutnya Ba’asyir meninggalkan MMI dan mendirikan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). Pada tahun 2014, saat Ba’asyir menjalani vonis hukuman penjara, ia justru meninggalkan JAT dan bergabung dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berbaiat kepada ISIS. Perpindahan Ba’asyir ke JAD membuat pemimpin Al Qaeda geram, pasalnya selama ini Al Qaeda berada di belakang kegiatan Jamaah Islamiyah di Indonesia dan ISIS merupakan musuh utama mereka. Tak heran jika Al Qaeda menarik seluruh dukungan terhadap pendiri Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki itu.

Tepatnya pada tahun 2018, ketika Ba’asyir tidak lagi memiliki banyak massa pendukung, ia akhirnya keluar dari JAD. “Dia akan menerima kenyataan bahwa NKRI adalah sebuah negara yang terlalu besar untuk dilawan oleh sebuah pergerakan tanzim radikal, semacam Jamaah Islamiyah ataupun yang lain. Jadi dia sendiri sudah tidak memiliki akar yang kuat dari pendukung-pendukungnya di kalangan JI, MMI, JAT, JAS, sudah tidak ada lagi dan kelihatannya memang karier politiknya sudah berakhir,” terang Chaidar.

Senada dengan Chaidar, pengamat terorisme Sidney Jones memastikan pembebasan Abu Bakar Ba’asyir pada Jumat (08/01) tidak akan memiliki dampak yang berarti terhadap gerakan terorisme.

“Saya kira tidak akan ada dampak yang signifikan sama sekali, karena sudah lama Ba’asyir dipenjara. Saat ini dia keluar penjara tetapi gerakan ekstrimis sudah berkembang dengan cara yang tidak tergantung pada beliau,” kata Sidney kepada DW.

Selain itu, Sidney Jones yang juga merupakan Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict mengungkapkan kemampuan Densus 88 saat ini sudah jauh lebih baik dan bisa dengan mudah mencegah pergerakan Ba’asyir setelah bebas nantinya.

“Densus 88 lebih profesional dan lebih terampil melakukan cyber patrol untuk melihat pesan-pesan di media sosial yang bersifat ekstrimis sampai akun itu bisa dihapus. Saya kira kalau Ba’asyir mulai bilang sesuatu yang sangat berapi-api, pasti akan ditutup (Densus 88),” ucapnya.

Pasca pembebasan, BNPT masih akan melakukan pemantauan terhadap Ba’asyir. Direktur Penegakan Hukum BNPT, Brigjen Pol. Eddy Hartono menjelaskan kepada DW pihaknya tetap menjalin komunikasi dengan ABB dan keluarga, serta melanjutkan program deradikalisasi.

 

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement