Jumat 08 Jan 2021 23:17 WIB

Kementan Stabilkan Pasokan dan Harga Kedelai di Jateng

Dalam 100 hari pertama Kementan memastikan ketersediaan kedelai dan stabilitas harga

Perajin tahu memproduksi tahu berbahan kedelai di salah satu sentra rumah industri tahu di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Selasa (5/1/2021). Menurut salah satu  produsen tahu setempat, produksi tahu sempat tutup 1-2 hari akibat dampak naiknya kedelai import dari harga Rp.7.000 menjadi Rp.9.000 per kilogram dan produsen berharap pemerintah tidak bergantung lagi dengan kedelai import melainkan lebih mengutamakan kedelai lokal karena kualitas lebih bagus daripada kedelai import.
Foto: Harviyan Perdana Putra/ANTARA
Perajin tahu memproduksi tahu berbahan kedelai di salah satu sentra rumah industri tahu di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Selasa (5/1/2021). Menurut salah satu produsen tahu setempat, produksi tahu sempat tutup 1-2 hari akibat dampak naiknya kedelai import dari harga Rp.7.000 menjadi Rp.9.000 per kilogram dan produsen berharap pemerintah tidak bergantung lagi dengan kedelai import melainkan lebih mengutamakan kedelai lokal karena kualitas lebih bagus daripada kedelai import.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Ketahanan Pangan terus mendorong gerakan stabilisasi pasokan dan harga kedelai di sejumlah daerah, setelah resmi diluncurkan oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo di Jakarta, kemarin.

Dalam gerakan stabilisasi pasokan dan harga kedelai Jawa Tengah di Kendal, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi menjelaskan dalam 100 hari pertama Kementan memastikan ketersediaan kedelai dan stabilitas harga agar perajin tempe dan tahu tetap berproduksi.

Baca Juga

Mekanisme penyaluran dilakukan dengan menggandeng asosiasi importir yang menjual ke perajin dengan harga kedelai Rp 8.500 per kilogram (kg). "Harapannya para perajin ini bisa tetap berproduksi, memang ada kenaikan, dulu harga kedelai Rp 7.000 per kilogram, kemudian naik sampai Rp 9.000 per kilogram bahkan lebih, dan kini disepakati menjadi Rp 8.500 per kilogram," kata Agung melalui keterangan di Jakarta, Jumat (8/1).

Gerakan stabilisasi ini sesuai arahan Presiden Jokowi kepada Mentan Syahrul, selain langkah cepat dalam 100 hari untuk stabilisasi pasokan dan harga kedelai, juga diikuti dengan upaya peningkatan produksi dan ketersediaan kedelai dalam negeri, sehingga untuk selanjutnya kebutuhan kedelai dapat disuplai secara mandiri.

Agung mengatakan Kementan juga akan menggenjot produksi kedelai lokal serta menjadikan kedelai sebagai suatu komoditas yang terus dimonitor baik ketersediaan dan harganya. Menurut dia, harga jual kedelai dari importir ke perajin sebesar Rp 8.500 per kilogram menjadi suatu kesepakatan dalam 100 hari ke depan.

"Kenapa 100 hari, karena dalam 100 hari ke depan kita sedang mempersiapkan benih, kita tahu bahwa importir masih punya stok kedelai dan ini bisa kita gunakan dalam 100 hari ke depan," kata dia.

Ia berharap dengan kesepakatan harga tersebut, importir tidak dirugikan masih mendapat sharing profit. Pada saat yang sama, perajin juga tidak perlu memperkecil ukuran tempe dan tahunya, meskipun ada kenaikan harga yang tidak terlalu signifikan.

Sementara itu Ketua Pusat Koperasi Tempe (Puskopti) Jawa Tengah Sutrisno menyatakan kesiapannya untuk menindaklanjuti kesepakatan asosiasi importir dengan Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo). "Gerakan stabilisasi pasokan dan harga kedelai ini kami sambut baik, dan kami siap laksanakan sesuai kesepakatan," kata Sutrisno.

Salah seorang anggota perajin tahu tempe di Kendal, Khodirin, berharap, kesepakatan harga jual kedelai ini berdampak positif terhadap stabilitas harga tahu dan tempe, karena gejolak harga ini merugikan produsen tahu tempe.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement