Bom-bom hari itu ternyata menjadi permulaan serangan masif Israel tahun 2012 ke wilayah Gaza. Di tengah serangan Israel, RS Indonesia terus dibangun, dan beroperasi hingga saat ini.
Ketika aku sampai di Jakarta, barulah Israel melancarkan serangan besar-besaran. Aku tidak tahu apakah harus bersyukur karena sudah kembali atau justru menyesalinya.
Bersyukur karena jika masih di Gaza nyawaku mungkin bisa melayang terkena bom Israel. Menyesal, karena seandainya masih di Gaza, tentu aku bisa mengabarkan peristiwa itu secara langsung.
Aku tetap mengikuti perkembangan serangan ke Gaza, baik melalui media, maupun kabar dari teman-teman di sana. Suatu malam seorang teman warga Gaza mengirim pesan: Another horrible night in Gaza. Bombing everywhere. We don't know when our turn is. Pray for us. (Malam mengerikan lainnya di Gaza. Pengeboman di mana-mana. Kami tidak tahu kapan giliran kami. Mohon doa buat kami).
Yang kubayangkan saat itu adalah wajah orang-orang yang kutemui di Gaza. Wajah lugu anak-anak yang aku sambangi di sekolah mereka.
Aku menangis memikirkan nasib mereka. Yang bisa kulakukan hanya berdoa, semoga saudara-saudaraku di Gaza diberikan perlindungan oleh-Nya.
Tips meliput di medang perang:
- Pelajari wilayah dan konflik yang terjadi
- Stamina dalam kondisi baik
- Jaga emosi tetap stabil
- Bawa perlengkapan liputan, P3K, dan makanan cadangan
- Bawa tanda pengenal dan kartu pers
- Selalu melaporkan ke pihak kantor apa yang dilakukan di lapangan
- Gunakan pakaian lapangan yang nyaman
- Jika memungkinkan kenakan rompi antipeluru dan helm
- Lengkapi diri dengan asuransi
- Siapkan diri dengan kemungkinan terburuk yang terjadi di lapangan.