Jumat 08 Jan 2021 20:18 WIB

Siasat Perajin Tahu Hadapi Kenaikan Harga Kedelai

Perajin tahu di Mamuju mengubah bentuk tahu akibat mahalnya kedelai

Pekerja memotong tahu di kawasan pembuatan tahu tempe (ilustrasi). Para pengrajin tahu dan tempe di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat mencoba mencari cara untuk menekan biaya produksi menyusul kenaikan harga dan kelangkaan kedelai di daerah itu.
Foto: ANTARA Feny Selly
Pekerja memotong tahu di kawasan pembuatan tahu tempe (ilustrasi). Para pengrajin tahu dan tempe di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat mencoba mencari cara untuk menekan biaya produksi menyusul kenaikan harga dan kelangkaan kedelai di daerah itu.

REPUBLIKA.CO.ID, MAMUJU -- Para pengrajin tahu dan tempe di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat mencoba mencari cara untuk menekan biaya produksi menyusul kenaikan harga dan kelangkaan kedelai di daerah itu.

Salah seorang pengrajin tahu dan tempe di Mamuju Budi Santoso, ditemui Jumat mengatakan, terpaksa mengubah ukuran tahu produksinya, akibat mahalnya dan langkanya kedelai.

"Kalau menaikkan harga, mungkin masyarakat tidak akan membeli sehingga terpaksa ukurannya yang kami ubah," kata Budi Santoso yang memiliki rumah produksi tahu dan tempe di kawasan Jalan Soekarno Hatta Kabupaten Mamuju.

Budi Santoso yang telah merintis usaha tahu dan tempe selama 20 tahun dan kini telah memiliki tujuh karyawan mengaku, saat ini harga kedelai di pasaran mencapai Rp 10.000 per kilogram.

"Sebelumnya, harga kedelai hanya berkisar Rp8.000 per kilogram. Kenaikan ini tentunya sangat berpengaruh bagi kami karena harus membayar upah para pekerja, apalagi di tengah pandemi COVID-19 seperti saat ini," terang Budi Santoso.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement