Jumat 08 Jan 2021 19:32 WIB

PM Australia: Pembebasan Ba'asyir Menyayat Hati

Kendati menyayangkan, Australia tetap menghormat hukum Indonesia.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
 Perdana Menteri Australia Scott Morrison.
Foto: EPA-EFE/LUKAS COCH
Perdana Menteri Australia Scott Morrison.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison mengatakan, pembebasan Abu Bakar Ba'asyir 'menyayat hati'. Dia mengatakan, pemerintah Australia telah lama menyerukan hukuman yang lebih keras terhadap mereka di balik pengeboman yang didalangi Ba'asyir.

Morrison juga menyuarakan keprihatinan kepada Indonesia bahwa individu harus dicegah untuk menghasut perilaku tersebut. "Keputusan tentang hukuman, seperti yang kami tahu, adalah masalah sistem peradilan Indonesia dan kami harus menghormati keputusan yang diambil," kata Morrison kepada wartawan, Jumat (8/1) waktu setempat.

Baca Juga

PM Morrison mengatakan, meskipun pembebasan Ba'asyir sejalan dengan sistem peradilan Indonesia, namun hal itu tidak mudah bagi warga Australia untuk menerimanya. Pada akhirnya, mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan warga Australia kini akan bebas.

"Terkadang ini bukan dunia yang adil. Dan itu salah satu hal tersulit untuk dihadapi," ujar PM Morrison.

Sebelum pembebasan Ba'asyir, Garil Arnandha, yang ayahnya termasuk korban bom angkat suara. "Saya tidak setuju Abu Bakar Ba'asyir dibebaskan karena menurut saya dia masih sangat berbahaya dan berpotensi menghidupkan kembali terorisme. di Indonesia," ujar Garil dikutip laman BBC, Jumat (8/1).

Endang, ibunya, memiliki pandangan berbeda. "Sebagai korban bom, saya telah memaafkannya," katanya kepada BBC. "Dia telah menjalani hukuman penjara atas kejahatannya dan saya sangat berharap dia akan kembali ke jalan yang benar. Saya khawatir tetapi saya mencoba untuk berpikir positif karena trauma kehilangan suami saya dalam pemboman itu mengerikan," ujar Endang menambahkan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement