Jumat 08 Jan 2021 15:44 WIB
Cerita di Balik Berita

Bertaruh Nyawa di Kota Gaza: Dibayangi Rudal-Rudal Israel

Di Gaza bukan perang, tapi pembantaian karena rudal Israel meluncur tak kenal waktu.

Jurnalis Republika Subroto di Gaza, Palestina.
Foto:

Sepanjang jalan menuju RS Indonesia di Gaza Utara, aku melihat wilayah yang luluh lantak. Bekas bangunan-bangunan yang hancur dibombardir rudal menjadi pemandangan sepanjang jalan. Relawan Indonesia Abdillah Onim yang sudah lama tinggal di Gaza menceritakan tentang kondisi kota itu sepanjang perjalanan.

Aku menyaksikan banyak balon-balon udara berderet di kejauhan. Onim menjelaskan balon udara itu digunakan pihak Israel untuk memantau semua pergerakan warga di Gaza.

Jalur Gaza ini praktis ibarat penjara raksasa. Di sebelah barat daya berbatasan dengan Mesir yang tak selalu mau membuka perbatasannya.

Di utara hanya ada satu celah masuk melalui Erez. Itu adalah wilayah yang dikuasai Israel.

Di bagian timur dan selatan dibatasi dengan tembok-tembok Israel. Di bagian barat ada Laut Mediteranea.

Jangan berharap bisa berlayar jauh. Lebih dari sembilan km dari pantai, akan ditembak oleh kapal-kapal perang Israel.

photo
Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina - (Youtube)

Selama di Gaza aku menginap di bunker RS Indonesia yang masih belum jadi. Kadang juga di apartemen di wilayah dekat pantai.

RS Indonesia dibangun oleh masyarakat Indonesia. Sepenuhnya sumbangan masyarakat. Di Gaza sebelumnya hanya ada satu rumah sakit besar, yakni As Syifa. RS itu tak mampu menampung pasien, terutama saat terjadi perang.

Perang di Gaza terjadi kapan saja. Rudal-rudal Israel meluncur tak kenal waktu. Tanpa aba-aba pula.

Menurutku ini bukan perang. Ini pembantaian.

Bagaimana mungkin perang melawan musuh yang tak seimbang? Rakyat Gaza tak memiliki apa-apa. Roket-roket Hamas jelas bukan tandingan bom-bom canggih milik Israel. Rakyat Gaza jelas tak berdaya menghadapi pesawat-pesawat tempur canggih dan drone Israel yang setiap saat melayang di udara seperti burung elang mencari mangsa.

Tapi Gaza ibarat Desa Galia dalam komik Asterix, yang tak pernah bisa ditundukkan oleh legiun Romawi. Berulangkali diserang, Gaza tak pernah menyerah.

Bahkan menurut cerita warga Gaza, Israel tak pernah berani menginjakkan kakinya di wilayah Gaza. Jika menyerang, mereka hanya berani sembunyi di dalam tanknya.

BERSAMBUNG.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement