Jumat 08 Jan 2021 11:21 WIB

Karena Bahagia, Kita Bisa Meraih Sukses

Contoh kecil membuat pekerja bahagia adalah menyediakan makanan gratis.

Membuat pekerja bahagia, menjadi kunci sukses sebuah perusahaan untuk maju. (Foto ilustrasi bahagia)
Foto: Google
Membuat pekerja bahagia, menjadi kunci sukses sebuah perusahaan untuk maju. (Foto ilustrasi bahagia)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: M. Ilham Akbar, Strategic Team Forum Human Capital Indonesia

“Happy employees equal happy customers”. Begitulah kalimat terkenal yang diungkapkan oleh Sir Richard Branson, seorang Founder dari perusahaan Virgin Group, kepada Inc. Magazine pada sesi wawancara eksklusif tahun 2014.

Dalam kesempatan tersebut ia menjelaskan membuat pekerja merasa bahagia menjadi prioritas utama Virgin Group sebelum fokus kepada pelanggan. Hal ini bertujuan agar mereka selalu dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.

Ia juga menjelaskan dampak apabila pekerja merasa tidak bahagia dalam bekerja, mereka akan sulit tersenyum bahkan sulit bekerja maksimal. Kondisi seperti ini membuat perusahaan menghadapi risiko kehilangan banyak pelanggan atas pelayanan buruk yang diberikan.

Kebahagiaan pekerja juga dinilai dapat mempengaruhi produktivitas. Berdasarkan penelitian sekelompok ekonom University of Warwick tahun 2015 tentang “Happiness and Productivity”, ditemukan Pekerja yang merasa bahagia mampu bekerja 12 persen lebih produktif. Sedangkan Pekerja yang merasa tidak bahagia, bekerja 10 persen kurang produktif.

Berbagai penelitian pun menemukan manfaat lain yang dapat diraih perusahaan jika Pekerjanya merasa bahagia dalam bekerja. Mulai dari mengungguli persaingan bisnis, menghasilkan penjualan yang lebih besar, hingga kenaikan saham perusahaan yang lebih tinggi.

Namun ketika kebahagiaan pekerja menjadi faktor penting dalam meraih kesuksesan, perusahaan di Indonesia justru menghadapi tantangan di mana tingkat kebahagiaan pekerja turun selama pandemi Covid-19. Berdasarkan laporan JobStreet Indonesia bulan Agustus 2020 tentang “Covid-19 Job Report”, sebesar 89 persen Pekerja merasa bahagia sebelum pandemi Covid-19. Dan setelah pandemi berlangsung, tingkat kebahagiaan Pekerja turun menjadi hanya 49 persen.

Bukan tanpa alasan, mereka mulai mengkhawatirkan banyak hal yang bisa saja terjadi ke depannya. Seperti risiko penularan Covid-19, kesulitan dalam mencapai target, remunerasi yang akan diperoleh, pengembangan karier, penggunaan jatah cuti, jaminan status pekerjaan, dan sebagainya.

Perusahaan harus segera merespon persoalan ini dengan cepat. Jika tidak, ketidakbahagiaan yang mereka rasakan akan berdampak pada penurunan produktivitas dan secara bertahap mengancam keberlangsungan bisnis perusahaan.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement