Kamis 07 Jan 2021 20:27 WIB

Revolusi Akhlak Berkeadaban

Rasulullah selalu mendahulukan sikap lembut dalam menghadapi orang-orang

Akhlak mulia (ilustrasi)
Foto: republika
Akhlak mulia (ilustrasi)

Oleh: Riswadi, M.Pd. (Tinggal di Desa Purwajaya Loa Janan Kukar. Sekretaris PW ISNU Kaltim)

REPUBLIKA.CO.ID, Menurunnya akhlak manusia menjadi perbincangan terus menerus, dari zaman dahulu hingga sekarang. Semakin terbuka dan nyata terjadi, bahkan selalu menjadi trending topic di media massa baik cetak maupun elektronik. Apakah kita harus maklum bahwa semua itu menjadi pelengkap kehidupan dunia, dan apakah semua itu memang sudah menjadi kehendak yang maha kuasa. Tentu ini semua menjadi pilihan bahwa dipersilahkan memilih hal yang baik dan buruk tergantung individu masing-masing.

Banyak kasus setiap hari selalu menghiasi televisi, bahkan akhir-akhir ini dihebohkan video syur yang dibuat oleh seorang artis dengan inisial GA, yang menurut pengakuannya dibuat saat menenggak minuman keras (mabuk). Ada juga kasus pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur, penyalahgunaan narkoba, dan masih banyak lagi. Tentu ini menjadi perhatian kita semua untuk memperbaiki akhlaq generasi bangsa.

Oleh karena itu ada upaya yang dilakukan oleh HRS dengan Revolusi Akhlaq. Sebenarnya apa yang dimaksud oleh HRS menggaungkan Revolusi Akhlaq? dalam kamus besar bahasa Indonesia, revolusi sendiri artinya pertama, perubahan ketatanegaraan (pemerintah atau keadaan sosial) yang dilakukan dengan kekerasan (seperti dengan perlawanan bersenjata).

Kemudian yang kedua adalah perubahan yang cukup mendasar dalam satu bidang. Mungkin point kedua ini yang dimaksud HRS. Adapun dalam kamus bahasa Indonesia, Akhlaq sendiri artinya Budi Pekerti atau kelakuan.

HRS dalam kanal You Tube TV depan acara Maulid Nabi Muhammad SAW menyitir dalil Al Qur’an surat Alqalam (68) ayat 4: “Dan sebenarnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang baik”. Oleh karena itu menurutnya bicara Revolusi Akhlaq, berarti bicara suatu revolusi, yang mengikuti jalan hidup nabi Muhammad SAW. baik dari aspek muamalat maupun ibadat dengan berdasarkan Al Qur’an dan Hadits. Sebagaimana Hadits Rasulullah SAW, Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia (HR Bukhari).

Sedangkan menurut Mukti Ali Qusyairi, Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PWNU DKI Jakarta bahwa revolusi akhlak yang dimaksud HRS masih memerlukan tahapan-tahapan yang jelas dan terukur agar lebih taktis. Sehingga dalam implementasinya dapat efektif dalam dakwah Islam.

Menurutnya, berbeda dengan istilah revolusi akhlak yang dimunculkan sejak 1963 oleh Syekh Abu ‘Ala ‘Afifi, ahli tasawuf. Revolusi akhlak adalah transformasi diri atau perubahan diri secara mendasar melalui tahapan-tahapan yang dirumuskan para ulama sufi terdahulu, melalui 3T: takhalli, tahalli, dan tajalli. 

Seorang yang ingin melakukan revolusi akhlak, terlebih dahulu harus melakukan takhalli, yakni mengosongkan diri dari hal-hal yang dapat mengotori hati dan merusak jiwa. Setelah itu, tahapan ini dilanjutkan dengan tahalli, yakni menghiasi diri dengan kebaikan dan keindahan. Setelah melalui tahap tahalli, kemudian agen revolusi melakukan tajalli, yakni; mewujudkan kebaikan, kemanfaatan, dan kemaslahatan secara konkret dalam kehidupan berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Hal berbeda ketika pendukung HRS, dalam penyambutan kedatangan di tanah air terlalu berlebihan  sehingga melakukan kerumunan, pengrusakan, memarkir kendaraan sembarangan yang membuat kemacetan sehingga penumpang pesawat terlambat, serta dengan cara-cara yang kurang mencerminkan ajaran Rasulullah SAW. dan setelah itu membuat acara yang melibatkan banyak orang akhirnya terjadi kerumunan yang mengakibatkan pelanggaran terhadap ketentuan pemerintah yang berimplikasi hukum.

Ada juga beberapa kelompok melakukan amar ma’ruf nahi mungkar justru dengan melakukan ujaran kebencian, memiliki pemahaman yang salah dan menyimpang seakan diluar kelompoknya salah dan dialah yang paling benar. Bahkan melakukan kegiatan teror dan pengrusakan atas nama agama. 

Idealnya untuk mengubah tatanan akhlaq masyarakat dengan keadaban yang tinggi sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW penuh dengan kelembutan, kebijakan, ketegasan bukan kekerasan, keramahan bukan kemarahan, merangkul bukan memukul. Begitu sempurna akhlak Rasululullah SAW dalam mengubah perilaku umat manusia dengan teladan yang baik, tutur kata yang santun dan perilaku yang mulia.

Keadaban dan Kelembutan Dakwah Rasulullah SAW

Suatu ketika, sekelompok orang Yahudi menemui Rasulullah, lalu mengucapkan salam dengan kata-kata buruk, “As-Samu'alaikum (semoga kematian menimpamu)!”

Aisyah yang saat itu bersama beliau mengerti betul maksud ucapan salam orang Yahudi itu. Karena itu, ia membalas salam mereka, "Wa 'alaikum as-samu wa al-la'nah (semoga kematian dan laknat Allah menimpa kalian)!”

Mendengar ucapan Aisyah, Rasulullah berkata, "Tenanglah, wahai Aisyah. Sesungguhnya Allah Mahalembut, dan Dia menyukai kelembutan dalam segala hal.”

Aisyah menyahut, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mendengar apa yang mereka ucapkan?” Beliau menanggapi, “Aku tadi sudah menjawab, 'Wa 'alaikum (untukmu juga)' kepada mereka.” (HR al-Bukhari)

Ketika Rasulullah berdakwah di Taif, beliau mendapat sambutan buruk dari orang setempat. Bahkan, beliau dilempari batu hingga pelipisnya berdarah. Namun, tidak ada kata-kata buruk, umpatan, dan caci maki dari beliau terhadap mereka. Beliau bahkan mendoakan kebaikan untuk mereka, “Ya Allah, berilah mereka petunjuk, sesungguhnya mereka tidak tahu.” (HR al-Baihaqi).

Saat perjalanan hijrah ke Madinah, Rasulullah dan Abu Bakar diburu oleh seorang Quraisy bernama Suraqah. Ketika jaraknya dengan beliau dan Abu Bakar sudah dekat, bisa diraih dengan pedang, tiba-tiba kaki kuda Suraqah terperosok ke dalam pasir dan Suraqah terpelanting dari atas kudanya. Rasulullah berhenti, kemudian membantu Suraqah berdiri.

Beliau tahu Suraqah ingin menangkapnya, tetapi beliau justru membantunya berdiri. Beliau tidak membalas niat jahat Suraqah dengan keburukan, bahkan ketika itu sangat bisa dilakukan.

Rasulullah selalu mendahulukan sikap lembut dalam menghadapi orang-orang. Beliau mengatakan, "Sesungguhnya kelembutan itu tidaklah ada pada sesuatu kecuali ia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, tidaklah kelembutan dicabut dari sesuatu, melainkan ia akan membuatnya menjadi buruk.” (HR Muslim).

Kelembutan itulah yang membuat dakwah beliau berhasil. Allah berfirman, “Dengan sebab rahmat Allah kamu berlaku lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauh dari sekelilingmu.” (QS Ali ‘Imran [3]: 159). Wallahu a’lam.

 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement