Jumat 08 Jan 2021 05:25 WIB

Warga Palestina Bertahan Hidup di Tengah Gempuran Pemukim

Warga Palestina di Yerusalem Timur mengajukan banding ke pengadilan Israel.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Warga Palestina Bertahan Hidup di Tengah Gempuran Pemukim. Pembangunan permukiman Yahudi.
Foto: AP
Warga Palestina Bertahan Hidup di Tengah Gempuran Pemukim. Pembangunan permukiman Yahudi.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel terus memaksakan klaim mereka atas wilayah Yerusalem. Hingga saat ini, Israel terus melanjutkan pendudukan di wilayah Yerusalem Timur. Pertempuran demografis Israel untuk Yerusalem tersebut membuat warga Palestina harus berjuang untuk bertahan hidup.

Salah seorang warga Palestina menceritakan kisahnya yang berjuang akan nasib hidupnya ke depan. Setiap Jumat sejak menerima pemberitahuan penggusuran pertamanya pada 2009, Mohammed Sabbagh telah melakukan protes bersama warga Palestina dan Israel lainnya, beberapa meter dari rumahnya di Yerusalem Timur yang diduduki.

Baca Juga

Kini, bersama dengan lebih dari 20 keluarga di distrik-distrik Yerusalem Timur dari Sheikh Jarrah dan Silwan, dia menghadapi kemungkinan menjadi tunawisma di tahun baru setelah pengadilan Israel memutuskan mendukung pemukim Yahudi yang bertekad mengusir mereka. Pada November 2020, pengadilan Hakim Yerusalem memerintahkan keluarga Sabbagh mengosongkan rumah mereka yang telah ditempati selama lebih dari 60 tahun. 

Mereka juga diminta membayar kepada organisasi pemukim Nahalat Shimon Internasional sebesar 7.500 shekel (sekitar 1.720 pound) untuk biaya legal. Pengacara keluarga bisa menunda penggusuran dengan mendapatkan keputusan sementara. 

Keluarga Sabbagh sekarang menunggu untuk mendengar dari pengadilan, apakah mereka dapat mengajukan banding atas putusan tersebut. Jika pengadilan menolak banding, keluarga tersebut akan dipaksa untuk meninggalkan properti mereka.

"Saya tidak percaya pada pengadilan Israel. Saya tahu mereka tidak akan berpihak pada kami. Mereka akan berdiri di sisi lain dan penggusuran akan terjadi," kata Sabbagh kepada The New Arab, dilansir Kamis (7/1).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement