Kamis 07 Jan 2021 12:14 WIB

Aksi Pendukung Trump di Republik 'Banana' Amerika

Tiga mantan Presiden Amerika mengecam tindakan pendukung Trump.

Pendukung Presiden Donald Trump berkumpul di depan gedung Capitol di Washington DC, Rabu (6/1) waktu AS. Mereka meyakini Trump, bukan Joe Biden, adalah pemenang pemilu AS.
Foto: X90205
Pendukung Presiden Donald Trump berkumpul di depan gedung Capitol di Washington DC, Rabu (6/1) waktu AS. Mereka meyakini Trump, bukan Joe Biden, adalah pemenang pemilu AS.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Lintar Satria, Indira Rezkisari

Serbuan pendukung Donald Trump ke Gedung Capitol Hill dinilai sebagai momen kelam dalam sejarah perpolitikan bangsa Amerika. Tiga mantan Presiden Amerika Serikat (AS), termasuk salah satu di antaranya presiden dari Partai Republik yang mengusung Trump menyatakan kecamannya terhadap aksi yang mencoreng demokrasi Amerika.

Mantan Presiden George W Bush mengatakan, apa yang terjadi di Capitol Hill adalah bentuk kecerobohan pemimpin politik saat pemilihan umum. Dalam keterangan resminya, Bush mengatakan, penyerbuan gedung kongres akibat sengketa hasil pemilu adalah sesuatu yang seharusnya hanya terjadi di Republik Banana. "Bukan di republik demokratis kami," katanya, Kamis (7/1).

Ia mengatakan, kekerasan di Capitol Hill dilakukan oleh orang yang hasratnya dibakar oleh kepalsuan dan harapan palsu. "Pemberontakan ini dapat menyebabkan kerusakan parah bagi bangsa dan reputasi kami," tambahnya.

Bush berpesan kepada mereka yang kecewa dengan hasil pemilu, harusnya mereka paham bahwa negara lebih penting daripada politik saat ini. "Biarkan sosok yang dipilih rakyat menjalani tugasnya dan mewakili suara kita semua dalam damai dan selamat."

Kecaman juga muncul dari mantan Presiden Barack Obama. Ia mengatakan, sejarah akan mengingat kekerasan di Capitol Hill sebagai momen memalukan bagi AS. Obama mengatakan, kekerasan 'dipicu presiden berkuasa' yang berbohong tanpa dasar mengenai hasil pemilihan presiden.

Obama mengatakan, ia seharusnya tidak terkejut dengan kerusuhan ini. Tanpa menyebutkan Partai Republik, Obama mengatakan, dua bulan terakhir sebuah partai politik menolak untuk menyampaikan kebenaran pada pendukungnya.   

"Selama dua bulan terakhir sebuah partai politik dan ekosistem media yang menyertainya telah terlalu sering tidak bersedia memberitahu kebenaran pada pendukungnya," kata Obama. "Narasi fantasi mereka telah semakin menjauh dari kenyataan yang sebenarnya dan hal itu dibangun dari kebencian selama bertahun-tahun, sekarang kami melihat konsekuensinya, menjadi kekerasan yang semakin keras," tambahnya, dilansir dari Reuters.

Mantan Presiden Bill Clinton juga buka suara atas serangan pendukung Trump ke gedung kongres. Ia mengatakan, aksi tersebut dipicu oleh racun politik selama empat tahun terakhir yang disulut oleh Presiden Trump.

Dalam pernyataan resminya, Clinton mengatakan kerusuhan di Capitol Hill hasil dari disinformasi yang sengaja dibuat untuk menciptakan ketidakpercayaan sistem. Ia mengatakan disinformasi kemudian mengakibatkan masyarakat Amerika saling tidak percaya satu sama lain, dikutip dari laman PBS.

"Api itu disulut oleh Donald Trump dan pihak lain, termasuk yang di Kongres, untuk membalikkan fakta kalau ia kalah dalam pemilihan."

Aksi diduga bermula karena Donald Trump menyakinkan pendukungnya kekalahannya dari Presiden terpilih Joe Biden karena Partai Demokrat curang. Pendukung Trump yang marah menyerbu Gedung Kongres dalam unjuk rasa yang bertujuan mencegah perpindahan kekuasaan yang damai.

Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan anggota Kongres akan melanjutkan rapat untuk menghitung suara elektoral pemilihan bulan November lalu. Ketika pendukung Presiden AS Donald Trump yang menerobos masuk ke Gedung Kongres sudah dikeluarkan.

Pendukung Trump tidak terima hasil pemilihan presiden yang dimenangkan Joe Biden dan Kamala Harris. Pelosi mengatakan keputusan ini diambil setelah berbicara dengan pemimpin Kongres lainnya dan menelepon Pentagon, Departemen Kehakiman dan Wakil Presiden Mike Pence.

Saat ini berita ini diturunkan, Kongres sudah memulai kembali proses penghitungan suara elektoral.

Pendukung Trump menyerbu gedung Capitol di tengah penghitungan resmi hasil pemilihan Presiden AS di Kongres, Washington DC, Rabu (6/1). REUTERS/Shannon Stapleton

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement