Rabu 06 Jan 2021 08:03 WIB

Qatar: Dirangkul Saudi, Dipuji Iran

Emir Qatar menyebut pertemuan GCC momen menentukan.

Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, kanan tengah, menyapa Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, saat dia tiba di bandara Al Ula, tempat Dewan Kerjasama Teluk (GCC) ke-41 berlangsung di Arab Saudi, Selasa, 5 Januari , 2021. Kedatangan Al Thani di kota gurun kuno kerajaan Al-Ula pada hari Selasa disiarkan langsung di TV Saudi. Dia terlihat turun dari pesawatnya dan disambut dengan pelukan oleh putra mahkota Saudi. Terobosan diplomatik terjadi setelah desakan terakhir oleh pemerintahan Trump yang akan keluar dan sesama negara Teluk Kuwait untuk menengahi diakhirinya krisis.
Foto: AP / Amr Nabil
Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, kanan tengah, menyapa Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, saat dia tiba di bandara Al Ula, tempat Dewan Kerjasama Teluk (GCC) ke-41 berlangsung di Arab Saudi, Selasa, 5 Januari , 2021. Kedatangan Al Thani di kota gurun kuno kerajaan Al-Ula pada hari Selasa disiarkan langsung di TV Saudi. Dia terlihat turun dari pesawatnya dan disambut dengan pelukan oleh putra mahkota Saudi. Terobosan diplomatik terjadi setelah desakan terakhir oleh pemerintahan Trump yang akan keluar dan sesama negara Teluk Kuwait untuk menengahi diakhirinya krisis.

REPUBLIKA.CO.ID, AL-ULA – Perseteruan politik antara Qatar dengan Arab Saudi beserta sekutunya usai. Dalam konteks ini, Qatar meraih buah manis. Negara ini akhirnya dirangkul Saudi dan negara aliansinya, juga dipuji Iran atas konsistensinya menghadapi tekanan politik selama ini.

Aura rekonsiliasi memang ditunjukkan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) dan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani. Keduanya berpelukan di tarmak sebelum menuju lokasi pertemuan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) di Al-Ula, Arab Saudi, Selasa (5/1).

Sheikh Tamim melalui akun Twitter-nya kemudian menyatakan, pertemuan GCC itu momen menentukan bagi blok negara Teluk. MBS yang memimpin pertemuan menetapkan kesepakatan untuk mengakhiri sengketa dengan Qatar. Ia menyatakan, kesepakatan di Al-Ula meneguhkan persatuan dan stabilitas Islam, Teluk, dan Arab.

Meski memang, Saudi juga punya tujuan lain dalam langkah ini, yakni sekaligus memasukkan Qatar dalam aliansinya untuk menghadapi Iran.Dalam kesempatan itu, MBS menyerukan aksi global untuk menangani ancaman program nuklir dan rudal balistik Iran serta rencana-rencana desktruktif Iran. Namun, komunike di Al-Ula hanya berisi paparan umum mengenai penguatan solidaritas negara Teluk.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi Faisal bin Farhan al-Saud dalam konferensi pers di pertemuan GCC, menyatakan, Riyadh dan sekutunya sepakat memulihkan hubungan dengan Doha dan mengakhiri boikot yang ditetapkan sejak pertengahan 2017.''Ada kemauan politik dan iktikad untuk menerapkan kesepakatan ini,'' ujar Faisal.

Di sisi lain, Menlu Qatar Sheikh Muhammad bin Abdulrahman Al-Thani merespons baik langkah Saudi dan sekutunya itu. ‘’Para pemimpin menutup lembaran ketidaksepahaman,’’ ujar Sheikh Muhammad. Namun, seorang pejabat UEA mengungkapkan, butuh waktu merealisasikan komunike itu yang juga tak berisi uraian terperinci soal pemulihan hubungan dengan  Qatar.

Menlu UEA Anwar Gargash dalam wawancara dengan Al Arabiya TV juga bersikap hati-hati.''Kita perlu realistis soal pemulihan hubungan ini.'' Ia menambahkan, ada urutan waktu untuk mengakhiri konflik dengan Qatar tetapi memang tak memuat langkah-langkahnya secara terperinci. 

Meski Qatar dirangkul Saudi dan kemungkinan kelak berseberangan secara politik dengan Iran tetapi Menlu Iran Muhammad Javad Zarif menyampaikan selamat kepada Qatar atas keberanian melawan tekanan Saudi dan sekutunya selama ini. 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement