Selasa 05 Jan 2021 16:43 WIB

Temuan Drone Wujud Lemahnya Pengawasan Laut Indonesia

Wilayah maritim Indonesia yang luas mudah jadi celah masuknya perangkat asing.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Indira Rezkisari
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono (tengah) didampingi Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) Laksamana Muda TNI Agung Prasetiawan (kanan), dan Asintel KSAL Laksamana Muda TNI, Angkasa Dipua (kiri) menjelaskan tentang penemuan alat berupa
Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono (tengah) didampingi Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) Laksamana Muda TNI Agung Prasetiawan (kanan), dan Asintel KSAL Laksamana Muda TNI, Angkasa Dipua (kiri) menjelaskan tentang penemuan alat berupa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penemuan drone bawah laut atau unmanned underwater vehicle (UUV) SeaGlider oleh nelayan di laut Selayar, Sulawesi Selatan, disebut mengindikasikan wilayah maritim Indonesia mudah dimasuki perangkat asing. Penemuan drone juga menunjukkan lemahnya kapabilitas pengawasan negara ini dalam mengantisipasi berbagai interupsi dari negara asing.

"Penemuan ini mengindikasikan bahwa betapa wilayah maritim kita dengan mudah dimasuki oleh perangkat asing," ujar peneliti Marapi Advisory & Consulting Bidang Keamanan dan Pertahanan, Beni Sukadis, lewat pesan singkat, Selasa (5/1).

Baca Juga

Dia mengatakan, penemuan drone juga dapat diartikan kapabilitas pengawasan negara ini dalam mengantisipasi berbagai interupsi atau pelanggaran wilayah dari negara asing masih lemah. Menurut dia, dengan wilayah maritim yang luas, sudah tentu terdapat celah yang bisa menjadi tempat persembunyian kapal selam asing untuk menjelajahi kedalaman laut Indonesia.

"Artinya secara strategis, wilayah Indonesia memiliki arti signifikan bagi negara manapun bagi lalu lintas kapal permukaan maupun bawah permukaan secara militer dan ekonomi," kata dia.

TNI AL telah menyatakan alat serupa drone yang ditemukan di laut Indonesia itu merupakan SeaGlider, alat untuk riset bawah laut. Namun, alat tersebut juga dapat digunakan untuk keperluan industri atau bahkan pertahanan.

"Alat ini lebih pada untuk riset, riset bawah laut. Karena memang alat ini tidak bisa mendeteksi kapal. Jadi bukan untuk kegiatan mata-mata dan sebagainya," jelas Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Yudo Margono di Pushidrosal, Jakarta Utara, Senin (4/1).

Terkait keamanan laut Indonesia dari peredaran alat seperti ini dari luar, Yudo mengatakan, pihaknya akan lebih memperketat melakukan pengawasan kapal-kapal riset maupun kapal asing yang ada di perairan Indonesia. Dia menyebut kapal riset karena alat tersebut ia katakan biasanya memang diluncurkan dari kapal riset.

"Sebetulnya bisa juga diluncurkan oleh kapal-kapal asing. Tapi cara meluncurkan ini ada prosesnya. Sehingga kapal asing maupun kapal riset asing yang berada di perairan Indonesia akan lebih kita amankan lebih ketat," terang dia.

BACA JUGA: Balada Jack Ma: Dari Hero Menjadi Zero

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement