Selasa 05 Jan 2021 10:32 WIB

Perajin Tahu di Kota Kediri Kurangi Produksi

Ada sekitar 60 perajin tahu yang tersebar di seluruh wilayah Kota Kediri.

Pekerja menjemur olahan tempe di sentra industri keripik tempe di Tulungagung, Jawa Timur, Senin (04/01/2021). Kenaikan harga bahan baku kedelai dari normalnya Rp7 ribu menjadi Rp9 ribu per kilogram menyebabkan pelaku UKM keripik tempe memangkas margin keuntungan hingga 70 persen agar dapat bertahan dengan harga jual tetap, demi mempertahankan pangsa pasar (konsumen).
Foto: Destyan Sujarwoko/ANTARA
Pekerja menjemur olahan tempe di sentra industri keripik tempe di Tulungagung, Jawa Timur, Senin (04/01/2021). Kenaikan harga bahan baku kedelai dari normalnya Rp7 ribu menjadi Rp9 ribu per kilogram menyebabkan pelaku UKM keripik tempe memangkas margin keuntungan hingga 70 persen agar dapat bertahan dengan harga jual tetap, demi mempertahankan pangsa pasar (konsumen).

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Para perajin tahu di Kota Kediri, Jawa Timur, mengurangi produksi tahu yang dijualnya. Ini sebagai imbas harga kedelai yang kini cukup mahal, mencapai sekitar Rp 9.200 per kilogram.

"Harga kedelai kini Rp 9.200 per kilogram. Padahal biasanya Rp 7.000 sampai Rp 7.100 per kilogram. Ini sangat memberatkan sekali," kata Wakil Asosiasi Tahu Kota Kediri Jamaludin.

Ia mengatakan rata-rata para perajin tahu mengurangi produksinya. Seperti dirinya. Biasanya, dalam sehari memasak antara 7-8 kali masakan. Setiap kali masakan berisi sekitar 15 kilogram kedelai. Namun, karena harga kedelai yang mahal kini dikurangi hanya dua kali masakan saja.

Ia menyebut, kenaikan harga kedelai ini sebenarnya sudah dirasakan sejak tiga bulan terakhir. Namun, di hari-hari terakhir ini harganya sangat tinggi mencapai lebih dari Rp 9.000 per kilogram, sehingga perajin pun tidak dapat berbuat banyak.

Para konsumen, kata dia, akan protes jika kualitas tahu tidak seperti biasanya. Padahal, kenaikan ini sangat memberatkan bagi pelaku bisnis tahu. "Kalau dikurangi itu konsumen juga tidak mau. Kalau seperti ini, kami juga tidak punya apa-apa. Perajin menjerit sekali," kata dia.

Ia menambahkan kondisi usaha yang lesu ini sebenarnya sempat tertolong dari berbagai program pemerintah. Namun, imbas harga kedelai mahal, kini usaha tahu di Kota Kediri semakin lesu.

Biasanya, ia menggunakan bahan baku kedelai campuran antara impor dan lokal. Namun, kini harga kedelai lokal semakin mahal. Harga kedelai impor sudah sekitar Rp 9.000 per kilogram, harga kedelai lokal bisa lebih dari harga kedelai impor.

Dirinya kini hanya mengandalkan pesanan pelanggan saja dengan membuat tahu takwa. Selain itu, juga untuk memenuhi pesanan oleh-oleh. Harga tahu takwa per bungkus dijualnya Rp 18 ribu dengan isi 10 biji tahu.

Sebagai perajin tahu, pihaknya berharap ada kebijakan khusus dari pemerintah guna membantu usaha kecil menengah seperti dirinya agar tetap bertahan di masa pandemi Covid-19 ini, salah satunya dengan memberikan bantuan subsidi pembelian kedelai.

"Dulu ada subsidi kedelai. Kami harapkan harga dibuat stabil, idealnya Rp7.000 per kilogram. Itu sudah stabil," kata dia.

Ada sekitar 60 perajin tahu yang tersebar di seluruh wilayah Kota Kediri. Kondisi lesu ini dialami pada seluruh perajin tahu di kota ini.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement