Selasa 05 Jan 2021 09:06 WIB

Produsen Tempe di Sunter Jaya Kembali Beroperasi

Untuk menyiasati mahalnya harga kedelai, produsen melakukan pengurangan ukuran tempe.

Pengrajin tempe beraktivitas di salah satu Sentra Produksi Tempe, Utan Panjang, Jakarta, Ahad (3/1). Sebagai bentuk protes melonjakanya harga kedelai impor yang mencapai Rp 9.500 per kilogram dari harga normal Rp7.200 per kilogram, Sejumlah produsen tahu dan tempe di Jabodetabek menggelar aksi mogok dagang pada 1 s/d 3 Januari 2021. Mereka meminta pemerintah untuk membuat skema tata niaga kedelai yang saling menguntungkan demi menjaga stabilitas harga untuk kenyamanan pelaku UKM tersebut yang jumlahnya cukup besar.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Pengrajin tempe beraktivitas di salah satu Sentra Produksi Tempe, Utan Panjang, Jakarta, Ahad (3/1). Sebagai bentuk protes melonjakanya harga kedelai impor yang mencapai Rp 9.500 per kilogram dari harga normal Rp7.200 per kilogram, Sejumlah produsen tahu dan tempe di Jabodetabek menggelar aksi mogok dagang pada 1 s/d 3 Januari 2021. Mereka meminta pemerintah untuk membuat skema tata niaga kedelai yang saling menguntungkan demi menjaga stabilitas harga untuk kenyamanan pelaku UKM tersebut yang jumlahnya cukup besar.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produsen Tempe di Kampung Tempe, Kelurahan Sunter Jaya, Jakarta Utara mulai produksi setelah mogok produksi sejak Jumat (1/1) hingga Ahad (3/1).

"Kami mogok kerja sejak Jumat (1/1) selama tiga hari, karena harga kacang kedelai naik," kata Produsen Tempe, Sunoto.

Dia menyatakan, produksi yang dilakukan pada hari pertama masih dalam jumlah kecil karena harga kacang kedelai belum ada penurunan harga. "Harga kacang kedelai naik dari dari Rp 76 ribu per kuintal atau 100 kilogram menjadi Rp 93 ribu," ungkap Sunoto.

Sunoto berharap adanya penurunan harga kacang kedelai, agar penjualan tempe kembali normal. Sebelum kenaikan kedelai, harga tempe dijual per potong sebesar Rp 5.000.

Namun, setelah kenaikan, tempe dijual sebesar Rp 6.000 atau naik sebesar Rp 1.000. Menurut Sunoto, untuk menyiasati mahalnya harga kacang kedelai, produsen tempe melakukan pengurangan ukuran tempe. Walaupun upaya itu mendapatkan keluhan dari pelanggan dan masyarakat. "Kalau orang-orang mengharapkan harga turun," ujar Sunoto.

Sebelumnya, sekitar 5.000 pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang tergabung Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta menghentikan sementara proses produksi pada 1-3 Januari 2021.

Sekretaris Puskopti DKI Jakarta, Handoko Mulyo, di Jakarta, Jumat, mengatakan aksi tersebut merupakan bentuk protes terhadap kenaikan harga bahan baku kedelai dari Rp 7.200 menjadi Rp 9.200 per kilogram (kg).

Handoko mengatakan aksi mogok produksi itu telah disampaikan kepada sekitar 5.000 produsen maupun pedagang tahu dan tempe di DKI Jakarta melalui surat nomor 01/Puskopti/DKI/XII/2020 yang dikeluarkan Puskopti DKI Jakarta pada 28 Desember 2020.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement