Senin 04 Jan 2021 18:28 WIB

Tahu Tempe Laris Meski Harga Naik

Tahu tempe langsung diborong masyarakat setelah menghilang tiga hari.

Rep: Febryan A/ Red: Indira Rezkisari
Pengrajin tempe beraktivitas di salah satu Sentra Produksi Tempe, Utan Panjang, Jakarta, Ahad (3/1). Sebagai bentuk protes melonjakanya harga kedelai impor yang mencapai Rp 9.500 per kilogram dari harga normal Rp7.200 per kilogram, Sejumlah produsen tahu dan tempe di Jabodetabek menggelar aksi mogok dagang pada 1 s/d 3 Januari 2021. Mereka meminta pemerintah untuk membuat skema tata niaga kedelai yang saling menguntungkan demi menjaga stabilitas harga untuk kenyamanan pelaku UKM tersebut yang jumlahnya cukup besar.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Pengrajin tempe beraktivitas di salah satu Sentra Produksi Tempe, Utan Panjang, Jakarta, Ahad (3/1). Sebagai bentuk protes melonjakanya harga kedelai impor yang mencapai Rp 9.500 per kilogram dari harga normal Rp7.200 per kilogram, Sejumlah produsen tahu dan tempe di Jabodetabek menggelar aksi mogok dagang pada 1 s/d 3 Januari 2021. Mereka meminta pemerintah untuk membuat skema tata niaga kedelai yang saling menguntungkan demi menjaga stabilitas harga untuk kenyamanan pelaku UKM tersebut yang jumlahnya cukup besar.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah empat hari pengrajin tahu-tempe mogok produksi, kini tahu dan tempe kembali muncul di pasaran. Harga tahu-tempe pun naik mengikuti harga kedelai yang lebih dulu melonjak. Kendati demikian, dua komoditas itu tetap laris manis.

Republika mendatangi PD Pasar Senen, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat (Jakpus), pada Senin (4/1) pukul 15.00 WIB untuk mengecek harga terkini tahu dan tempe. Namun, tak ada satu pun pedagang tahu dan tempe di sana.

Baca Juga

"Cuma ada tadi pagi. Itu pun nggak lama. Paling satu atau dua jam, tahu tempe langsung habis di sini," kata seorang pedagang ayam potong di Blok 6 PD Pasar Senen.

Hal serupa juga Republika dapati ketika mendatangi Blok 3 PD Pasar Jaya. Tak ada satu pun pedagang tahu tempe. Sejumlah pedagang sayur di sana mengatakan, pedagang tahu dan tempe sudah pulang sejak pagi karena dagangan mereka laris manis.

 

Sedangkan, di Pasar Poncol, Kecamatan Senen, Jakpus, hanya ada satu pedagang tahu-tempe. Itu pun dagangannya hanya tersisa satu balok tempe.

"Saya bawa tahu tadi pagi dua kotak langsung habis, padahal baru jualan satu jam. Kalau tempe cuma sisa satu itu," kata satu-satunya pedagang tahu-tempe di Pasar Poncol, Daryoto (50 tahun) kepada Republika.

Daryoto tak heran dagangannya laku keras kendati harga sudah dinaikkan. "Mungkin karena orang sudah tiga hari tidak bisa beli tahu dan tempe, makanya sekarang semuanya pada nyari," kata dia.

Harga per potong tempe, kata Daryoto, kini naik dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.000 per balok. Harga tahu juga naik Rp 1.000 dari harga sebelumnya Rp 5.000 per kantong.

Daryoto menjelaskan, dirinya terpaksa menaikkan harga lantaran harga kedelai melonjak drastis. Jika sebelumnya ia membeli kedelai Rp 7.100 atau Rp 7.200 per kilogram (kg), kini naik jadi Rp 9.200 per kg.

"Ya terpaksa saya naikkin juga harga jual tahu dan tempe. Kalau nggak dinaikkin ya kita nggak bisa makan," kata dia.

Sebelumnya, aksi mogok produksi dilakukan perajin tahu dan tempe wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi (Jabodetabek) yang berlangsung sejak Kamis (31/12) dipicu naiknya harga kedelai akan berakhir pada Ahad (3/1). Ketua Bidang Hukum Sedulur Pengrajin Tahu Indonesia (SPTI), Fajri Safii, Sabtu (2/1), mengatakan, aksi mogok produksi tersebut terpaksa dilakukan mengingat harga kedelai naik hingga 35 persen.  

Para perajin tahu dan tempe itu melakukan aksi mogok produksi dengan harapan  pemerintah mendengar keluhan sehingga mengeluarkan kebijakan agar harga kedelai bisa kembali normal. Menurut Fajri, saat ini, lonjakan harga kedelai mencapai kisaran Rp 9.000 sampai Rp 10 ribu. Akibat aksi mogok produksi itu, tahu dan tempe sempat hilang dari pasaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement