Senin 04 Jan 2021 08:25 WIB

Pengamat: Jangan Anggap Remeh Temuan Drone di Sulsel

Perairan Indonesia menjadi

Kapal Angkatan Laut (KAL) Talise bersandar di Dermaga Pangkalan TNI AL (Lanal) Palu di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (6/7/2020). Kehadiran Kapal perang produksi dalam negeri yang dilengkapi dengan sejumlah sistem persenjataan itu akan menjalankan tugas dan fungsinya untuk memperkuat pertahanan dan mendukung Lanal Palu dalam patroli serta penegakan hukum di laut guna menjaga kedaulatan NKRI. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/wsj.
Foto: Mohamad Hamzah/ANTARA FOTO
Kapal Angkatan Laut (KAL) Talise bersandar di Dermaga Pangkalan TNI AL (Lanal) Palu di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (6/7/2020). Kehadiran Kapal perang produksi dalam negeri yang dilengkapi dengan sejumlah sistem persenjataan itu akan menjalankan tugas dan fungsinya untuk memperkuat pertahanan dan mendukung Lanal Palu dalam patroli serta penegakan hukum di laut guna menjaga kedaulatan NKRI. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/wsj.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati mengharapkan Pemerintah Indonesia tidak menganggap remehpenemuan unmanned underwater vehicle (UUV) atau drone di Pulau Tenggol, Masalembu dan Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, dan segera menetapkan langkah-langkah strategis terkait hal itu.

"Kemhan, Mabes TNI dan Mabes TNI AL tidak boleh memandang remeh hasil temuan ketiga UUV beberapa waktu yang lalu. Jangan sampai konsentrasi menghadapi Covid-19 kemudian mengurangi Kewaspadaan Nasional terhadap bahaya perang besar di Laut Cina Selatan," katanya. 

Susaningtyas, di Jakarta, Senin (4/1) mengatakan penemuan UUV itu merupakan fakta bahwa penggunaan unmanned system(sistem tanpa awak) telah dilakukan oleh berbagai negara maju di laut.

UUV yang ditemukan  prajurit TNI AL berlabel Shenyang Institute of Automation Chinese Academic of Sciences merupakan platform khusus yang dirancang untuk mendeteksi kapal-kapal selam Non-Chinese dan merekam semua kapal-kapal yang beroperasi di perairan Asia Tenggara dan Laut Cina Selatan. Penemuan UUV ini juga menunjukkan bukti bahwa perairan Indonesia menjadi "spillover" adu kekuatan militer antara China dan Amerika Serikat berikut sekutunya."UUV ini masuk ke dalam kategori platform penelitian bawah laut.

Namun tidak menutup kemungkinan China atau negara lainnya sudah meluncurkan Unmanned Sub-Surface Vehicle (USSV) yang sudah membawa persenjataan. USSV ini lebih berbahaya daripada UUV," katanya dalam keterangan tertulisnya. Wanita yang biasa disapa Nuning ini menjelaskan, semua UUV yang ditemukan dalam kondisi malfunction dan bukan expired, yang artinya ada kendala teknis internal di dalam sistemnya. 

Dari analisa awal, ketiga UUV diperkirakan sudah memiliki jam selam lebih dari 25.000 atau mendekati 3 tahun. Kemungkinan besar UUV tersebut diluncurkan November 2017. Menurut dia, langkah-langkah strategis yang dilakukan pemerintah terkait penemuan UUV itu, yakni pertama, dari aspek hukum, perlu segera ditetapkan peraturan penggunaan semua jenis unmannedsystem di wilayah Indonesia baik UAV di udara, USV di permukaan laut maupun UUV di bawah permukaan laut.

Sejalan dengan itu, lanjut Nuning, juga dibutuhkan peraturan pemerintah yang menentukan tata cara menghadapi "illegal research" (penelitian ilegal) di perairan Indonesia, mulai dari perairan kepulauan hingga zona ekonomi eksklusif (ZEE). Selain itu, Kementerian Pertahanan dapat mengajak Kementerian Perhubungan untuk segera memasang underwater detection device (UUD) atau alat deteksi di dalam laut di seluruh Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dan semua selat strategis untuk memantau semua lalu lintas bawah laut, utamanya di Selat Malaka, Laut Natuna, Selat Makassar, Selat Sunda dan Selat Lombok.

"TNI AL harus segera melengkapi Puskodal-nya dengan sistem pemantauan bawah laut diperkuat dengan 'Smart mines' yang dapat dikendalikan secara otomatis atau manual. Kapal-kapal perang TNI AL juga harus dilengkapi dengan Anti-USSV System yang dapat menghadapi serangan USSV," papar Nuning.

TNI AL juga harus meningkatkan sistem pendidikan bagi prajurit TNI AL agar memiliki kecakapan melakukan peperangan Anti-USSV sebagai bagian dari kemampuan peperangan anti-unmanned system.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement