Sabtu 02 Jan 2021 21:50 WIB

Uni Eropa Didesak Segera Setujui Vaksin Covid-19 Lain

Para menteri dan pejabat telah dituduh menjadi kaki tangan anti-vaxxers

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
 Sabine Schimmel divaksinasi virus corona di pusat vaksin Arena Treptow di Berlin, Jerman, Minggu, 27 Desember 2020. Pengiriman pertama vaksin virus corona yang dikembangkan oleh BioNTech dan Pfizer telah tiba di seluruh Uni Eropa, pihak berwenang mulai paling banyak melakukan vaksinasi. orang-orang yang rentan dalam upaya terkoordinasi pada hari Minggu.
Foto: AP/Markus Schreiber/AP POOL
Sabine Schimmel divaksinasi virus corona di pusat vaksin Arena Treptow di Berlin, Jerman, Minggu, 27 Desember 2020. Pengiriman pertama vaksin virus corona yang dikembangkan oleh BioNTech dan Pfizer telah tiba di seluruh Uni Eropa, pihak berwenang mulai paling banyak melakukan vaksinasi. orang-orang yang rentan dalam upaya terkoordinasi pada hari Minggu.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS - Vaksin Moderna harus disetujui pada 6 Januari oleh European Medicines Agency (EMA). Pekan lalu Inggris lebih dulu menyetujui vaksin Oxford itu.

Penundaan dalam produksi dan pendistribusian vaksin BioNTech telah menyebabkan kekhawatiran di Jerman. Sebab fokus vaksin adalah pada imunisasi lansia di panti jompo, dengan beberapa daerah harus menghentikan program vaksinasi dalam beberapa hari setelah memulainya.

Baca Juga

Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mengatakan dia telah dikirimi surat dari orang-orang yang mengeluh tentang warga yang tidak mendapatkan akses  yang cukup cepat ke vaksin, meski vaksin sendiri dibuat di Jerman. Dia membela keputusan menteri kesehatan Uni Eropa (UE) untuk mengambil pendekatan bersatu daripada setiap negara beroperasi sendiri.

Alasannya bahwa memiliki front persatuan berarti lebih kecil, negara anggota yang kurang kaya dapat memiliki akses ke sana saat yang sama dengan yang lebih kaya. Spahn mengatakan Jerman, yang sejauh ini menginokulasi 130 ribu orang, telah menerima dosis 1,3 juta. Namun beberapa dari 400 lebih pusat vaksin harus ditutup sementara karena kurangnya pasokan.

Ada keluhan serupa di Prancis, di mana hanya 322 orang yang telah divaksinasi. Kondisi ini mendorong pemerintah berjanji bahwa petugas kesehatan berusia di atas 50 tahun bisa mendapatkan vaksin mulai Senin, lebih cepat dari yang direncanakan semula.

Sementara Italia sejauh ini telah memvaksinasi 8.300 orang dan Spanyol mengatakan akan memberikan 1,3 juta dosis. Seorang juru bicara pemerintah Prancis, Gabriel Attal, yang membela langkah kampanye Prancis, mengatakan pemerintah menargetkan panti jompo.

Menteri Kesehatan Olivier Veran mengumumkan pada Kamis (31/12) malam bahwa vaksin akan tersedia lebih awal dari yang direncanakan untuk petugas kesehatan yang lebih tua. Para menteri dan pejabat telah dituduh menjadi kaki tangan anti-vaxxers dengan bertindak terlalu lambat.

"Beberapa dari Anda mempertanyakan ritme vaksinasi Covid-19 di Prancis, beberapa hari setelah dimulai di Eropa," ujar Veran dikutip laman Guardian, Sabtu (2/1).

"Beberapa negara sudah banyak memvaksinasi, yang lainnya belum memulai. Yakinlah. Kampanye vaksin akan segera meningkat. Vaksin ini adalah kesempatan bersejarah untuk mengakhiri epidemi ini dan kembali ke kehidupan normal dan kami tidak akan melewatkannya," ujar Veran menambahkan.

Dalam pidato tahun barunya, Presiden Emmanuel Macron mengatakan dia tidak akan membiarkan penundaan yang tidak dapat dibenarkan dalam penyuntikan penduduk yang terjadi karena alasan buruk. Presiden meminta orang untuk mempercayai dokter dan ilmuwan mereka.

Sebuah jajak pendapat di seluruh Eropa oleh Ipsos menunjukkan hanya 40 persen orang Prancis bersedia melakukan suntikan Covid-19. Prancis mengatakan mereka yang menerima vaksin harus memberikan persetujuan tertulis setelah sepenuhnya diberitahu tentang kemungkinan efek samping dan waktu untuk mempertimbangkan apakah mereka menginginkannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement