Sabtu 02 Jan 2021 11:16 WIB

Kenali Efek Samping Vaksin pada Pengguna Facial Filler

Tiga pengguna facial filler dilaporkan alami efek samping vaksin Moderna.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Reiny Dwinanda
Vaksin Covid-19 yang dikembangkan Moderna. FDA melakukan review literatur dan menemukan laporan sebelumnya di mana orang-orang dengan suntikan dermal filler bereaksi terhadap vaksinasi dengan pembengkakan wajah sementara.
Foto: EPA-EFE/EDUARDO MUNOZ
Vaksin Covid-19 yang dikembangkan Moderna. FDA melakukan review literatur dan menemukan laporan sebelumnya di mana orang-orang dengan suntikan dermal filler bereaksi terhadap vaksinasi dengan pembengkakan wajah sementara.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Petugas Administrasi Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat, Rachel Zhang, mengungkapkan, vaksin Covid-19 Moderna memiliki beberapa efek samping, khususnya, pada kelompok orang yang menggunakan facial filler. Laporan itu ditegaskan pada pertemuan Dewan Penasihat vaksin dan Komite Penasihat Penelitian Biologi (VRBPAC).

Berdasarkan informasi, bukti itu ditunjukkan oleh seorang perempuan berusia 46 tahun yang sempat melakukan dermal filler sekitar enam bulan sebelum disuntikkan vaksin Moderna dalam uji coba Fase III.  Selain itu, ada laporan serupa pada wanita pada perempuan 51 tahun yang menjalani prosedur suntik filler di bibir dua pekan sebelum vaksinasi.

Baca Juga

Zhang mengatakan, perempuan itu mengalami pembengkakan di bibirnya usai divaksin. Namun, peserta uji coba vaksin Covid-19 Moderna tersebut juga mengaku pernah reaksi serupa setelah divaksin influenza.

Dalam dokumen presentasinya untuk pertemuan pada 17 Desember 2020, FDA memaparkan efek samping vaksin Moderna, mulai dari pembengkakan wajah di beberapa kategori. Zhang mengatakan, tim FDA melakukan review literatur dan menemukan laporan sebelumnya di mana orang-orang dengan suntikan dermal filler bereaksi terhadap vaksinasi dengan pembengkakan wajah sementara.

Hanya saja, tidak dilaporkan dengan rinci mengenai vaksin Pfizer, mengingat kedua vaksin itu hampir identik.

"Ini adalah efek samping yang sangat langka dan sangat mudah diobati dengan antihistamin dan prednisone (sejenis steroid)," ujar Debra Jaliman, MD, dermatologi bersertifikat di Manhattan, New York City, dikutip dari laman Health, Sabtu (2/1).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement