Sabtu 02 Jan 2021 08:54 WIB

Tadabbur Surat An-Nisa Ayat 9 di Penjara

Menjadi petugas penjara seringkali membuat saya melihat hal-hal yang baik

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Tadabbur Surat An-Nisa Ayat 9 Di Penjara | Suara Muhammadiyah

Malah yang menjadi kesedihan mendalam ketika melihat anak kita tidak bisa memperoleh kebahagiaan seperti anak-anak lainnya. Apalagi sampai meminta tetapi kita tidak dapat memenuhinya karena keterbatasan yang ada. Sungguh sangat menderita sekali ketika berada diposisi itu.

Mungkin perasaan demikian juga pernah dirasakan oleh ayah-ayah di seluruh dunia, bahkan termasuk narapidana itu. Bisa jadi karena perasaan ingin memenuhi kebutuhan dan menyenangkan anak, ia (narapidana) rela melakukan hal yang dilarang oleh hukum. Tujuannya agar anaknya tetap tersenyum dan bahagia memiliki ayah sepertinya.

Ironisnya hal-hal seperti ini lebih sering menjumpai ayah-ayah yang memiliki keterbatasan, baik ekonomi, pendidikan maupun kekuasaan. Bukan berarti membenarkan pelanggaran, tetapi berempati sebagai sesama ayah tentu tidak salah bukan.

Menyaksikan romantisme pertemuan antara anak dan ayah di penjara membuat saya menjadi semakin berempati kepada para narapidana. Jarak yang memisahkan antara ayah dan anak tersebut telah membuat perasaan rindu mencabik-cabik batin mereka.

Bukan hanya soal jarak, hinaan serta cacian disematkan kepada ayahnya oleh masyarakat, bisa jadi sering didengar oleh anak tersebut. Tidak muncul rasa benci di hati anak terhadap ayahnya saja sudah bersyukur, apalagi kalau sang anak masih mau memeluk dan mencintainya sebagai ayah. Mungkin sosok ayah sudah terpatri dalam sanubarinya sebagai pahlawan bagi kehidupannya.

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kerinduan seorang ayah yang menjadi narapidana itu kepada anak-anaknya karena terpisahkan oleh dinding hukuman. Mungkin bukan hanya kerinduan saja yang terbesit di hatinya, perasaan khawatir bagaimana dengan nasib anak-anaknya sehari-hari, bagaimana kesehatannya, bagaimana tumbuh kembangnya bisa jadi selalu menghantuinya setiap waktu.

Maka, sebenarnya perintah Allah dalam surat an-nisa ayat 9 agar tidak meninggalkan generasi lemah sesudah kita berlaku bagi siapapun, termasuk seorang ayah yang ada di penjara. Mereka pun harus merasa khawatir apabila keturunannya menjadi lebih buruk atau sama dengan dirinya. Sehingga muncul semangat untuk berubah lebih baik dan menafkahi keluarga dengan cara yang baik pula. Jika muncul hal demikian di kemudian hari, maka itu adalah tanda bahwa Allah akan sangat mudah untuk membolak-balikkan hati manusia sekaligus merubah nasib seseorang asalkan mereka senantiasa berusaha dan berdoa.

Wallahu a’lam bisahawwab

Royyan Mahmuda Al’Arisyi Daulay, alumni Mu’allimin dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saat ini menjadi ASN di Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia pada Bapas Kelas II Pekalongan

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement