Jumat 01 Jan 2021 22:50 WIB

Penuturan Pastor yang Pernah Cium Tangan Mbah Moen  

Pastor menghargai sosok Mbah Moen yang nasionalis, religius, dan ekologis

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Pengasuh Ponpes Al-Anwar Karangmangu, Sarang, Kabupaten Rembang, KH Maimoen Zubair
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Pengasuh Ponpes Al-Anwar Karangmangu, Sarang, Kabupaten Rembang, KH Maimoen Zubair

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – KH Maimoen Zubair merupakan sosok ulama karismatik yang tidak hanya dihormati oleh umat Islam saja, tapi juga oleh tokoh agama lainnya. Kiai yang biasa dipanggil Mbah Moen ini bahkan dianggap sebagai pahlawah oleh seorang pastor, pemimpin agama di lingkungan gereja Kristen.  

Kepala Campus Ministry UNIKA Soeguapranata Semarang, Pastor Aloysius Budi Purnomo, mengatakan  saat Mbah Moen wafat pada 6 Agustus 2019 lalu, dirinyalah yang pertama kali berteriak lantang di Semarang melalui sebuah opini di media massa. Baginya, Mbah Moen merupakan seorang pahlawan.

Baca Juga

“Bahwa Mbah Moen menjadi pahlawan saya. Dalam arti, saya mengusulkan Mbah Moen sebagai pahlawan karena dalam diri beliau terpadukan tiga kata penting yang selama ini saya lihat, saya rasakan, dan yang saya harapkan,” ujar Romo Aloysius dalam webinar Internasional bertema “Gagasan Pahlawan Nasional Hadratussyaikh KH Maimoen Zubair”, sebagaimana dikutip dari arsip Harian Republika.

Ketiga kata itu adalah nasionalis, relegius, dan ekologis. Menurut dia, tiga kata itu adalah nilai-nilai yang perlu dilanjutkan dan diperjuangkan para santri, ahli waris, dan penerus Mbah Moen. “Perjumpaan saya dengan Mbah Moen selalu memancarkan aura itu, nasionalis, reliegius, dan ekologis,” ucapnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement