Jumat 01 Jan 2021 22:10 WIB

Produsen Tahu Tempe DKI Mogok Produksi Mulai 1 Januari

Aksi mogok tersebut merupakan bentuk protes terhadap kenaikan harga kedelai

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Pekerja menyelesaikan pembuatan tahu di Kelurahan Bojongsari, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (30/12/2020). Sejumlah produsen tahu dan tempe di Indramayu berencana melakukan aksi mogok produksi mulai 1 Januari hingga 3 Januari 2021 sebagai bentuk protes atas melonjaknya harga kedelai dari Rp7.000 per kg menjadi Rp10.000 per kg.
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Pekerja menyelesaikan pembuatan tahu di Kelurahan Bojongsari, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (30/12/2020). Sejumlah produsen tahu dan tempe di Indramayu berencana melakukan aksi mogok produksi mulai 1 Januari hingga 3 Januari 2021 sebagai bentuk protes atas melonjaknya harga kedelai dari Rp7.000 per kg menjadi Rp10.000 per kg.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sekitar 5.000 pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang tergabung Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta menghentikan sementara proses produksi pada 1-3 Januari 2021.

Sekretaris Puskopti DKI Jakarta Handoko Mulyo di Jakarta, Jumat, mengatakan aksi tersebut merupakan bentuk protes terhadap kenaikan harga kedelai dari Rp 7.200 menjadi Rp 9.200 per kilogram (kg). "Mulai hari ini, tanggal 1 Januari 2021 sampai 3 Januari 2021 para pengrajin tempe tahu berhenti produksi," kata Handoko.

Baca Juga

Handoko mengatakan aksi mogok produksi itu telah disampaikan kepada sekitar 5.000 produsen maupun pedagang tahu dan tempe di DKI Jakarta melalui surat nomor 01/Puskopti/DKI/XII/2020 yang dikeluarkan Puskopti DKI Jakarta pada 28 Desember 2020.

Seruan mogok kerja itu juga disampaikan Handoko kepada jajaran pengurus di wilayah Provinsi Jawa Barat. Keputusan untuk menghentikan sementara proses produksi, kata Handoko, disepakati jajaran pengurus Puskopti pada Kamis (31/12).

"Malam Sabtu sampai malam Ahad tanggal 2 Januari 2021 semua tidak berjualan. Malam Senin tanggal 3 Januari 2021 sudah ada penjualan di pasar," ujarnya.

Namun Puskopti mengimbau kepada seluruh anggota untuk menaikkan harga jual tahu dan tempe minimal 20 persen dari harga awal untuk mengantisipasi kerugian. "Kami juga sudah berkomunikasi dengan jajaran pengurus di Jawa Barat agar kenaikan harga dilakukan secara kompak," katanya.

Selama aksi mogok kerja berlangsung, seluruh anggota dilarang untuk berbuat anarkis atau melanggar aturan hukum. "Perbuatan melanggar hukum ditanggung sendiri akibatnya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement