Jumat 01 Jan 2021 19:49 WIB

Bertaruh Nyawa Lewati Jembatan Rawayan Garut-Tasikmalaya

Jembatan Rawayan merupakan akses utama warga Cempakasari di Kabupaten Garut.

Rep: ayobandung.com/ Red: ayobandung.com

GARUT, AYOBANDUNG.COM -- Jembatan Rawayan yang menghubungkan Desa Cempakasari di Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya, dengan Desa Simpang di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, kondisinya sangat memprihatinkan.

Masyarakat di dua desa itu harus bertaruh nyawa saat menyeberangi jembatan gantung yang membelah Sungai Cikaengan tersebut. Jembatan Rawayan merupakan akses utama warga untuk mendapatkan fasilitas kesehatan, mengenyam pendidikan, serta menjual hasil bumi ke pasar yang ada di Kabupaten Garut.

Warga Cempakasari terpaksa menggantungkan hidup ke Kabupaten Garut karena jaraknya lebih dekat dibandingkan ke Kabupaten Tasikmalaya.

Namun sayang, akses jembatan yang setiap hari digunakan kini tinggal menyisakan sling baja dan beberapa batang bambu. Kondisi ini sangat membahayakan, apalagi ketika warga yang menyebrang tidak bisa menjaga keseimbangan atau terpeleset dari pijakan batang bambu.

Kepala Desa Cempakasari, Sutisnadiningrat mengatakan, jembatan sepanjang 90 meter dengan lebar 1,5 meter dan ketinggian 10 meter ini kini kondisinya sudah sangat memprihatinkan dan rusak parah sehingga membahayakan warga yang menyebrang. Hal ini akibat faktor usia hingga bahan jembatan yang kebanyakan dari kayu dan bambu yang sudah lapuk.

"Dulu ketika masih kokoh, jembatan gantung Rawayan ini bisa dlintasi sepeda motor. Namun saat ini sudah lapuk, bahkan kemarin sempat pula tersapu banjir bandang. Hingga sebagian material jembatan terbawa arus air," jelas Sutisna, seperti dilaporkan Ayotasik.com, Jumat (1/1/2021).

Sutisna menambahkan, sepanjang Sungai Cikaengan ini ada 5 jembatan gantung serupa. Akan tetapi hanya dua yang masih terbilang layak, yakni Jembatan Cimuncang dan jembatan gantung Cawiri. Sedangkan 3 jembatan lagi, termasuk Rawayan terbilang tidak layak dan membahayakan.

Jarak antara satu jembatan dengan jembatan lainnya berkisar 2 km sampai 3 km. Sehingga warga harus memutar sangat jauh jika ingin menyebrang lebih aman.

Pihak desa telah berupaya mencari bantuan ke pemerintah daerah dan pemerintah provinsi Jawa Barat. Pasalnya selain membutuhkan dana yang tidak sedikit, jembatan gantung ini juga berada di perbatasan dua kabupaten.

"Warga sangat berharap jika jembatan bisa dibangun secara permanen. Sehingga bisa dilalui kendaraan roda empat," ujar Sutisna.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ayobandung.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ayobandung.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement