Jumat 01 Jan 2021 18:42 WIB

Assi cabul ABG di Karanganyar Naik, Berawal dari Medsos

Pencabulan ABG marak di Karanganyar, terjalin lewat medsos.

Rep: Joglosemar/ Red: Joglosemar

KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM- Angka kejahatan di Karanganyar selama 2020 didominasi kasus perlendiran. Ironisnya mayoritas pelaku dan korban masih di bawah umur. Data yang dirilis Polres Karanganyar, sepanjang tahun ini diketahui dari 134 kasus yang ditangani. Salah satu yang menonjol adalah pencabulan naik 100 persen dari 7 kasus menjadi 15 kasus.

Dan anehnya faktor pandemi covid mendorong terjadinya tindakan pidana cabul karena berbasis dari medsos Facebook, WA dan Instagram. Kapolres Karanganyar, AKBP Leganek Mawardi pada acara Konferensi Pers bertitel Kaledioskop Polres Karanganyar 2020 pun menguak pemicu melonjaknya kasus pencabulan di Karanganyar selama setahun terakhir dan selama masa pandemi. Ia menyebut tergolong menonjol naik 100 persen dari tahun 2019 hanya 7 kasus kini pada 2020 naik menjadi 15 kasus. Meskipun 15 kasus pencabulan itu sudah berhasil diproses tuntas hingga ke pengadilan.

"Ini cukup fenomenal dampak lain covid. Bukan hanya ekonomi yang porak-poranda. Namun moral mental kejahatan berbuat cabul justru merajalela," paparnya, Kamis (31/12/2020). Kapolres menerangkan pihaknya telah melakukan analisa intern Polres Karanganyar.

Dari hasil analisis dan evaluasi, diketahui kesimpulan dampak lain covid mendorong orang-orang main medsos terutama Facebook. Selanjutnya disitulah pelaku medsos mulai merencanakan aksi jahatnya. Yang membuat miris, dari 15 kasus pencabulan itu para korbannya adalah anak-anak bawah 17 tahun. Hal itu diduga karena mereka asyik ingin eksis namun lengah saat diajak ketemuan didarat.

"Rata-rata korban adalah perempuan usia SMP-SMA yang terjebak rayuan jahat melalui medsos," ungkapnya. Dugaan sementara korban para anak-anak itu kurangnya rasa mawas diri terutama saat ketemuan didarat. Para korban mengira apa yang dibayangkan dilihat di medsos adalah baik. Namun ujungnya saat bertemu di darat semua berubah tak seindah yang ada di medsos.

"Faktor inilah karena saat di medsos yang ada hanya semu seolah terlihat serba baik. Namun begitu bertemu di darat korban pun tertipu," tuturnya. Beni Indra

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan joglosemarnews.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab joglosemarnews.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement