Jumat 01 Jan 2021 17:52 WIB

Forum Doktor Unissula Ungkap Enam Tantangan Global

Umat Islam menghadapi tantangan dalam konsep Rahmatan lil alamin.

Rep: bowo pribadi/ Red: Hiru Muhammad
KH Abdul Qoyyum Mansyur (kiri) menjadi narasumber dalam refleksi akhir tahun yang dihelat oleh Forum Doktor Unissula.
Foto: dok. Istimewa
KH Abdul Qoyyum Mansyur (kiri) menjadi narasumber dalam refleksi akhir tahun yang dihelat oleh Forum Doktor Unissula.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG—Bertepatan dengan momentum pergantian tahun, Forum Doktor Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) menggelar refleksi akhir tahun, dengan menghadirkan ulama kharismatik Lasem, KH Abdul Qoyyum Mansur.

Dalam refleksi akhir tahun kali ini, Gus Qoyyum, sapaan akrab KH Abdul Qoyyum Mansur mengungkap beragam tantangan yang kini tengah dihadapi umat, mulai skala regional maupun  global, berikut solusi konkretnya.

Menurutnya, berkenaan dengan tantangan umat Islam di abad 21, mengutip pendapat Yusuf Qaradhawi-- ada enam tantangan. Yang pertama adalah tantangan identitas, di mana tak jarang loyalitas tidak benar karena terjadi kezaliman.

Sebagai pemangku dakwah universal, umat Islam menghadapi tantangan dalam konsep Rahmatan lil alamin. “Identitas muslim harus menebar kasih sayang, tanpa merusak akidah,” jelasnya. Dalam keterangan pers yang diterima Republika, Jumat (1/1).

Kedua, jelasnya, tantangan rujukan. Berkontribusi bersama menjaga negara, kalau beda pendapat ke mana referensinya. Hari ini orang berbangga dengan kelompoknya sendiri dan tidak ada referensi yang sama dalam rujukan.

Semestinya harus ada referensi bersama dan tanpa referensi akan sulit untuk bersatu. “Kita harus menyadari posisi umat Islam sebagai umatan washatan, tengah moderat dan tasamuh,” tambahnya.

Ketiga, masih jelas Gus Qoyyum, tantangan keterbelakangan, maka dulu ada buku berjudul Limadza Takhara Muslimun Watawadama Ghairuhum.

Di luar ada musuh Islam yang tidak suka dengan Islam, takut NU maju, takut Muhammadiyah maju dan mereka berusaha melemahkan dan menarik pada hal- hal yang menyita energi dan tidak membawa kemajuan.

“Maka, kita harus waspada atas perang tak berkesudahan di medsos. Musuh musuh Islam mengharapkan orang Islam lupa dari teknologi pesenjataan,” lanjutnya.

Ke empat, tantangan keadilan sosial. Islam menyatakan perang terhadap kezaliman sosial. Nabi juga bersabda, “Tidak ada muslim sempurna, jika dia kenyang saat tetangganya lapar”.

Sedangkan tantangan ke lima, adalah tantangan kediktatoran, pemaksaan, pembebanan berat. “Ingat, Allah akan menyiksa manusia yang menyiksa manusia,” tambahnya.

Pidato politik pertama Abu Bakar menurutnya juga patut menjadi acuan. Mengutip pidato tersebut, beliau (red;Abu bakar) mengatakan ‘apabila aku baik mohon dibantu apabila kami menyimpang mohon kami diluruskan’.

Sementara keenam adalah tantangan hilangnya peri kemanusiaan. Dalam Alquran kata insan disebut 65 kali ayat pertama tentang kelemahan manusia. “Pertama yang dibahas, manusia diciptakan lemah. Kalimat terakhir insan yang rugi,” lanjutnya.

Menghadapi tantangan tersebut, masih ungkap Gus Qoyyum, Alquran menawarkan 10 solusi. Yakni umat Islam perlu islahul aqaid perbaiki aqidah. Berikutnya islahul ibadah atau memperbaiki ibadah, kesucian jiwa dan memperhatikan gizi jiwa. Keinginan yang lurus dalam pandangan syariat.

Ketiga, perbaiki moralitas. Alquran bicara tentang fungsi baju adalah untuk fungsi martabat manusia. Keempat, memperbaiki masyarakat. Kelima, memperbaiki politik. Sangat penting menjauhi karakter politik rendah, seperti kezaliman maupun suap.

Keenam, memperbaiki moneter. Ketujuh, islahi nisai yaitu memperbaiki kehormatan wanita, kedelapan, isalhul harbi yaitu memperbaiki militer. Kesembilan, memerangi perbudakan. “Dan yang ke-10 adalah kemerdekaan akal,” tandas Gus Qoyyum.

Dalam refleksi kali ini, sejumlah pembicara lain juga dihadirkan, yakni Sekertaris Umum PP Muhammadiyah (2015- 2020), Prof Dr Abdul Mu’ti Med serta Sekjen PBNU, Helmy Faishal Zaini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement