Kamis 31 Dec 2020 22:54 WIB

Barikade: Humanisme Gus Dur Jadi Teladan Bangsa

Barikade Lampung mendukung rehabilitasi nama baik Gus Dur

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Warga memasang poster bergambar Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur saat aksi Bulan Gus Dur di kawasan Ngarsopuro, Solo. Ketua DPW Barisan Kader (Barikade) Gus Dur Provinsi Lampung Irfandi Romas menyatakan, nilai humanisme yang disampaikan mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) harus menjadi teladan bangsa. Untuk itu, ia mendukung perlunya rehabilitasi nama baik Gus Dur setelah lengser dari kursi kepresidenan.
Foto: Antara/Maulana Surya
Warga memasang poster bergambar Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur saat aksi Bulan Gus Dur di kawasan Ngarsopuro, Solo. Ketua DPW Barisan Kader (Barikade) Gus Dur Provinsi Lampung Irfandi Romas menyatakan, nilai humanisme yang disampaikan mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) harus menjadi teladan bangsa. Untuk itu, ia mendukung perlunya rehabilitasi nama baik Gus Dur setelah lengser dari kursi kepresidenan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Ketua DPW Barisan Kader (Barikade) Gus Dur Provinsi Lampung Irfandi Romas menyatakan, nilai humanisme yang disampaikan mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) harus menjadi teladan bangsa. Untuk itu, ia mendukung perlunya rehabilitasi nama baik Gus Dur setelah lengser dari kursi kepresidenan.

“Semangat Gus Dur mantan presien keempat, sebagai guru bangsa, jadi di dalam buku ini soal kemanusiaan ditekankan. Gus Dur mengatakan kemanusiaan adalah di atas segala-galanya,” kata Irfandi Romas menanggapi buku yang ditulis Prof Aom Karomani (Rektor Universitas Lampung) berjudul “Gud Dur Jatuh dari Kursi Kepresidenan dan Keberpihakan Media Massa, Kamis (31/12).

Baca Juga

Salah satu nilai humanism yang patut diteladani generasi sekarang, dia mengatakan saat kejatuhannya dari kursi kepresidenan. Saya itu, kata dia, Gus Dur tidak bersalah secara hukum, dan kejatuhan karena alasan politik. “Keberpihakan media massa, karena ada faktor-faktor tertentu, seharusnya netral sebisa mungkin,” ujarnya.

Pada kondisi sosial politik masa itu tahun 2001, Irfan mengatakan, Gus Dur rela mengundurkan diri atau melepaskan kursi kepresidenan karena alasan politik bukan hukum. Padahal, sudah banyak massa pendukung Gus Dur yang siap mati membelanya.

“Ratusan ribu massa sudah siap mati membela beliau. Namun, beliau mengalah untuk mundur, mereka disuruh pulang, sehingga tidak terjadi adanya tumpah darah di negeri ini,” ujarnya.

Mengenai implementasi dari semangat Gus Dur dalam menerapkan nilai kemanusiaan terhadap dinamika masyarakat saat ini, menurutnya, dalam kondisi sosial politik bangsa Indonesia sekarang ini yang multietnis, hendaknya tumbuh secara keberagaman seperti yang diajarkan Gus Dur, menjaga toleransi antarsesama dan antaragama dan etnis.

Prof Aom Karomani, penulis buku yang juga Rektor Unila mengatakan, pemerintah sekarang harus memulihkan nama baik mantan Presiden Gus Dur dari persepsi publik yang menyatakan, Gus Dur turun dari kursi kepresidenan terbukti bersalah secara hukum.

Menurut dia, Gus Dur tidak bersalah secara hukum, dan hanya kalah secara politik pada kekuasaannya tahun 2001 lalu, tetapi legowo turun dari kursi kepresidenan, dan tidak menimbulkan konflik tumpah darah seperti di Timur Tengah. Hal ini penting untuk diwarisi kepada generasi selanjutnya atas kebijakan dan keputusannya.

"Sebaiknya pemerintah memulihkan nama baik Gus Dur, karena beliau dijatuhkan dari sisi hukum tidak terbukti dan tidak pernah ada kesalahan yang terjadi waktu itu, hanya kalah secara politik. Negara harus memulihkan nama baik beliau. Jangan sampai ada persepsi publik, bahwa Gus Dur turun itu karena terbukti bersalah secara hukum," kata Aom Karomani. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement