Advertisement

Indonesia Amankan Vaksin Novavax dan Astra Zeneca

Kamis 31 Dec 2020 04:35 WIB

Red: Budi Raharjo

Warga beraktivitas dengan latar belakang Rumah Sakit Darurat COVID-19 Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet di Jakarta, Rabu (25/11/2020). Berdasarkan data Kemenkes, kasus harian COVID-19 tercatat mengalami penambahan sebanyak 5.534 kasus atau tertinggi sejak awal pandemi dengan total kasus terkonfirmasi mencapai 511 ribu orang.

Foto: WAHYU PUTRO A/ANTARA
Kesehatan dan keselamatan masyarakat adalah prioritas nomor satu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia telah resmi membeli vaksin Covid-19 milik perusahaan Amerika Serikat- Kanada, Novavax, dan Astra Zeneca dari Inggris dengan jumlah total 100 juta dosis. Penanda tanganan perjanjian pembelian vaksin dilakukan pada Rabu (30/12).

Kesepakatan pembelian vaksin dilakukan antara PT Bio Farma (Persero) dan Astra Zeneca sebanyak 50 juta dosis. Sementara, pembelian 50 juta dosis vaksin Novavax dilakukan PT Indofarma Tbk. Kedua jenis vaksin tersebut akan menambah ketersediaan vaksin untuk program vaksinasi yang akan dimulai pada 2021. Sebelumnya, Indonesia telah mendatangkan 1,2 juta dosis vaksin Sinovac dalam bentuk jadi pada awal Desember.

"Alhamdulillah, hari ini pemerintah menyaksikan progres yang signifikan berupa penandatanganan perjanjian pembelian 50 juta dosis vaksin Astra Zeneca dan 50 juta dosis vaksin Novavax," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers virtual, Rabu (30/12).

Budi mengatakan, pemerintah terus beradu cepat dengan waktu untuk mengatasi pandemi Covid-19. Menurut dia, kedua vaksin tersebut memberikan variasi yang cukup untuk rakyat Indonesia atas produk-produk vaksin lainnya yang nanti juga akan digunakan.

Ia mengatakan, penyediaan dan persetujuan vaksin akan bisa didapatkan sekitar satu hingga dua pekan mendatang. Jika vaksin sudah tersedia dan disetujui, Kementerian Kesehatan akan melanjutkan tahapan berikutnya, RI Amankan Vaksin Novavax dan Astra Zeneca yakni memikirkan distribusi vaksin. Distribusi ini harus dilakukan dalam waktu yang singkat dan diberikan ke tenaga kesehatan, tenaga publik, dan masyarakat Indonesia.

Setelah tahap distribusi selesai, Budi berharap masyarakat Indonesia mendukung langkah selanjutnya, yaitu penyuntikan vaksin. Ia menganggap tahap itu sebagai yang paling kompleks karena membutuhkan bantuan dari seluruh masyarakat.

"Yang paling kompleks dan membutuhkan bantuan teman-teman semua adalah tahap terakhir, yaitu bagaimana kita bisa melakukan penyuntikan vaksin ini di seluruh titik-titik layanan di seluruh Indonesia," kata dia.

Budi menegaskan, Kemenkes tidak bisa melakukan proses vaksinasi sendirian. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat luas, untuk mendukung kesuksesan program vaksinasi ini."Kita harus melakukannya sebagai gerakan dari seluruh rakyat Indonesia," kata dia.

Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengatakan, Indonesia terus melakukan diplomasi untuk membuka akses kerja sama dengan berbagai pihak, baik melalui jalur bilateral maupun multilateral dalam hal pengadaan vaksin. Di jalur bilateral, kerja sama dilakukan dengan berbagai pihak.

Dalam hal kerja sama dengan Sinovac, kata Menlu, perusahaan asal Cina tersebut akan kembali mengirim sebanyak 1,8 juta dosis dalam waktu dekat. Dengan begitu, Indonesia akan memiliki 3 juta dosis vaksin dari Sinovac.

Di jalur multilateral, diplomasi dijalankan dengan terus bekerja, berkomunikasi, dan berkoordinasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta GAVI untuk mengamankan akses vaksin melalui mekanisme COVAX-AMC (Advance Market Commitment). "Kita terus akan kawal proses ini," ujar Retno.

Menurut dia, Indonesia termasuk salah satu dari sedikit negara yang mengamankan vaksin untuk keperluan dalam negeri. Namun, pada saat yang sama, sejalan dengan prinsip kesetaraan akses vaksin bagi semua negara, Indonesia telah berkontribusi melalui Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) untuk pengadaan vaksin.

"Semua ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya memikirkan kebutuhan sendiri, tetapi juga berkontribusi agar negara lain dapat memperoleh akses vaksin setara yang aman dengan harga terjangkau," ujar dia.

Retno mengatakan, diplomasi juga dilakukan untuk memperlancar pertukaran data sains yang diperlukan bagi pemberian otoritas penggunaan darurat. Data ilmu pengetahuan ini, menurut dia, sangat penting dan tidak boleh ditawar.

"Seperti yang disampaikan Presiden bahwa prinsip kehati-hatian harus terus dipegang dan kesehatan dan keselamatan masyarakat adalah prioritas nomor satu," ujar Men lu Retno.

Dalam hal tersebut, Kementerian Luar Negeri RI telah memfasilitasi pertemuan besar virtual antara tim Indonesia dan tim Turki pada Ahad (27/12). Selain itu, komunikasi dengan Brasil juga terus dilakukan. Turki dan Brasil diketahui telah melakukan uji coba tahap akhir vaksin Sinovac.

Vaksin Sinovac merupakan salah satu dari enam vaksin yang akan digunakan Indonesia untuk program vaksinasi Covid-19. Indonesia pun masih menguji efektivitas vaksin Sinovac yang dilakukan tim dari Universitas Padjadjaran dan Bio Farma di Bandung, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia telah resmi membeli vaksin Covid-19 milik perusahaan Amerika Serikat- Kanada, Novavax, dan Astra Zeneca dari Inggris dengan jumlah total 100 juta dosis. Penanda tanganan perjanjian pembelian vaksin dilakukan pada Rabu (30/12).

Kesepakatan pembelian vaksin dilakukan antara PT Bio Farma (Persero) dan Astra Zeneca sebanyak 50 juta dosis. Sementara, pembelian 50 juta dosis vaksin Novavax dilakukan PT Indofarma Tbk. Kedua jenis vaksin tersebut akan menambah ketersediaan vaksin untuk program vaksinasi yang akan dimulai pada 2021. Sebelumnya, Indonesia telah mendatangkan 1,2 juta dosis vaksin Sinovac dalam bentuk jadi pada awal Desember.

"Alhamdulillah, hari ini pemerintah menyaksikan progres yang signifikan berupa penandatanganan perjanjian pembelian 50 juta dosis vaksin Astra Zeneca dan 50 juta dosis vaksin Novavax," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers virtual, Rabu (30/12).

Budi mengatakan, pemerintah terus beradu cepat dengan waktu untuk mengatasi pandemi Covid-19. Menurut dia, kedua vaksin tersebut memberikan variasi yang cukup untuk rakyat Indonesia atas produk-produk vaksin lainnya yang nanti juga akan digunakan.

Ia mengatakan, penyediaan dan persetujuan vaksin akan bisa didapatkan sekitar satu hingga dua pekan mendatang. Jika vaksin sudah tersedia dan disetujui, Kementerian Kesehatan akan melanjutkan tahapan berikutnya, RI Amankan Vaksin Novavax dan Astra Zeneca yakni memikirkan distribusi vaksin. Distribusi ini harus dilakukan dalam waktu yang singkat dan diberikan ke tenaga kesehatan, tenaga publik, dan masyarakat Indonesia.

Setelah tahap distribusi selesai, Budi berharap masyarakat Indonesia mendukung langkah selanjutnya, yaitu penyuntikan vaksin. Ia menganggap tahap itu sebagai yang paling kompleks karena membutuhkan bantuan dari seluruh masyarakat.

"Yang paling kompleks dan membutuhkan bantuan teman-teman semua adalah tahap terakhir, yaitu bagaimana kita bisa melakukan penyuntikan vaksin ini di seluruh titik-titik layanan di seluruh Indonesia," kata dia.

Budi menegaskan, Kemenkes tidak bisa melakukan proses vaksinasi sendirian. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat luas, untuk mendukung kesuksesan program vaksinasi ini."Kita harus melakukannya sebagai gerakan dari seluruh rakyat Indonesia," kata dia.

Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengatakan, Indonesia terus melakukan diplomasi untuk membuka akses kerja sama dengan berbagai pihak, baik melalui jalur bilateral maupun multilateral dalam hal pengadaan vaksin. Di jalur bilateral, kerja sama dilakukan dengan berbagai pihak.

Dalam hal kerja sama dengan Sinovac, kata Menlu, perusahaan asal Cina tersebut akan kembali mengirim sebanyak 1,8 juta dosis dalam waktu dekat. Dengan begitu, Indonesia akan memiliki 3 juta dosis vaksin dari Sinovac.

Di jalur multilateral, diplomasi dijalankan dengan terus bekerja, berkomunikasi, dan berkoordinasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta GAVI untuk mengamankan akses vaksin melalui mekanisme COVAX-AMC (Advance Market Commitment). "Kita terus akan kawal proses ini," ujar Retno.

Menurut dia, Indonesia termasuk salah satu dari sedikit negara yang mengamankan vaksin untuk keperluan dalam negeri. Namun, pada saat yang sama, sejalan dengan prinsip kesetaraan akses vaksin bagi semua negara, Indonesia telah berkontribusi melalui Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) untuk pengadaan vaksin.

"Semua ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya memikirkan kebutuhan sendiri, tetapi juga berkontribusi agar negara lain dapat memperoleh akses vaksin setara yang aman dengan harga terjangkau," ujar dia.

Retno mengatakan, diplomasi juga dilakukan untuk memperlancar pertukaran data sains yang diperlukan bagi pemberian otoritas penggunaan darurat. Data ilmu pengetahuan ini, menurut dia, sangat penting dan tidak boleh ditawar.

"Seperti yang disampaikan Presiden bahwa prinsip kehati-hatian harus terus dipegang dan kesehatan dan keselamatan masyarakat adalah prioritas nomor satu," ujar Men lu Retno.

Dalam hal tersebut, Kementerian Luar Negeri RI telah memfasilitasi pertemuan besar virtual antara tim Indonesia dan tim Turki pada Ahad (27/12). Selain itu, komunikasi dengan Brasil juga terus dilakukan. Turki dan Brasil diketahui telah melakukan uji coba tahap akhir vaksin Sinovac.

Vaksin Sinovac merupakan salah satu dari enam vaksin yang akan digunakan Indonesia untuk program vaksinasi Covid-19. Indonesia pun masih menguji efektivitas vaksin Sinovac yang dilakukan tim dari Universitas Padjadjaran dan Bio Farma di Bandung, Jawa Barat.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA