Kamis 31 Dec 2020 11:48 WIB

Jimly Asshiddiqie Cerita Keakraban dengan Almarhum Muladi

Pengabdian dan jasa Prof Muladi sudah banyak kepada bangsa.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), Jimly Assidiqie di kantor Republika Jakarta, Kamis (11/4).
Foto: Darmawan / Republika
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), Jimly Assidiqie di kantor Republika Jakarta, Kamis (11/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Prof Jimly Asshiddiqie mengenang mendiang Prof Muladi sebagai sosok ilmuwan dan praktisi hukum yang mumpuni yang berjasa besar bagi bangsa, baik secara akademis keilmuan maupun praktis. "Pengabdian dan jasa Prof Muladi sudah banyak kepada bangsa," kata Jimly saat dihubungi di Jakarta, Kamis (31/12).

Menurut dia, Muladi adalah pakar hukum yang keilmuannya teramat luas, terutama dalam bidang hukum pidana. Dalam perjalanan reformasi hukum secara menyeluruh di Indonesia, kata dia, juga tidak bisa dilepaskan dari jasa Muladi yang menjabat sebagai menteri kehakiman (menkeh).

Pada pemerintahan Presiden Soeharto, Muladi dipercaya sebagai menkeh dan tetap bertahan meski presiden sudah berganti BJ Habibie setelah Reformasi. "Beliau (Muladi) terus di jabatan menteri kehakiman. Bisa dikatakan beliau benar-benar bekerja di masa transisi," ujar mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu.

Ketika pemerintahan Presiden Habibie, Muladi membentuk Tim Reformasi Hukum yang diketuai Jimly sehingga hubungan keduanya menjadi semakin dekat. Kedekatan Jimly dengan almarhum sudah terjadi sejak ia menjadi murid Prof Soedarto, rektor Undip ketika itu dan Muladi menjadi dekan Fakultas Hukum Undip.

"Waktu beliau jadi Dekan FH Undip, pas Rektornya Pak Darto (Prof Soedarto). Saya sering ke Semarang jadi akrab dengan beliau (Muladi). Kebetulan, saya muridnya Prof Darto," ucap Jimly.

Kenangan lainnya, Jimly menyebut Muladi sebagai pakar hukum yang referensi-nya sangat luas yang bisa dilihat dari buku-buku yang ditulisnya. "Kalau generasi sebelumnya banyak referensi Belanda, tetapi Prof Muladi kutipan-kutipan di berbagai bukunya banyak berbahasa Inggris. Artinya, makin luas referensi-nya, merambah hukum 'Common Law', hukum pidana Amerika, hukum pidana Eropa," papar-nya.

Mantan Rektor Undip Semarang Prof Muladi meninggal dunia pada Kamis pagi, sekitar pukul 06.45 WIB. Keluarga menginginkan almarhum dimakamkan di Semarang. Sosok kelahiran Surakarta, 26 Mei 1943 itu menjabat sebagai Rektor Undip Semarang pada tahun 1994 hingga 1998.

Muladi juga pernah mengemban jabatan sebagai Menteri Kehakiman, Menteri Sekretaris Negara, serta Gubernur Lemhannas pada 2005 hingga 2011.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement