Rabu 30 Dec 2020 11:38 WIB

Guru Besar IPB Temukan Alasan Meningkatnya Stunting di Bogor

Angka stunting di Kota Bogor meningkat karena rendahnya pemberian ASI.

Prof Dr Evy Damayanthi, Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Dewan Guru Besar (DGB) IPB University.
Foto: Dok IPB University
Prof Dr Evy Damayanthi, Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Dewan Guru Besar (DGB) IPB University.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Guru Besar (DGB) IPB University Prof Dr Evy Damayanthi menemukan rendahnya cakupan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif menjadi salah satu faktor terjadinya peningkatan angka stunting di Kota Bogor, Jawa Barat.

"Kami menemukan rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif dan tingginya angka anemia pada ibu hamil. Kedua hal ini bisa menjadi penyebab terjadinya stunting pada anak. Untuk itu, diperlukan berbagai upaya agar angka stunting di Kota Bogor pada masa pandemi COVID-19 ini tidak terus naik, syukur-syukur dapat ditekan," ujar Evy dalam keterangan resmi IPB University yang diterima di Jakarta, Selasa.

Menurutnya, jumlah stunting di Kota Bogor berada dalam kisaran yang kecil, tapi menunjukkan tren kenaikan.

Pada 2019 terjadi penurunan angka stunting di Bogor menjadi 4,52 persen dari 4,80 persen pada 2018. Namun, pada 2020 terjadi kenaikan menjadi 10,50 persen yang dihitung berdasarkan Bulan Pemantauan Balita Kota Bogor.

Temuan penyebab kenaikan itu dilakukan dalam program Guru Besar Mengabdi IPB University yang bertujuan turut mencegah naiknya angka stunting di Kota Bogor. Pada November-Desember 2020, Prof Evy dan tim menemukan masalah gizi masyarakat yang utama berdasarkan data Dinas Kesehatan dan Puskesmas.

Setelah mengetahui akar permasalahannya, Program Guru Besar Mengabdi bekerja sama dengan mahasiswa IPB University dari Program Studi Dietisien dan tenaga gizi dari empat Puskesmas di kota itu melakukan edukasi gizi. Edukasi gizi dilakukan secara tatap muka di posyandu, Puskesmas atau kunjungan rumah.

Kegiatan pengabdian itu bertujuan meningkatkan pengetahuan dan motivasi ibu hamil untuk memberikan ASI eksklusif selama enam bulan dan taat minum Tablet Tambah Darah (TTD) agar tidak mengalami anemia.

Menurut Evy, edukasi gizi berhasil meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang ASI eksklusif dan anemia rata-rata 20 persen.

Dia menegaskan kurangnya pengetahuan terkait gizi dapat mempengaruhi perilaku seseorang, sehingga perlu diedukasi. Tidak hanya tentang stunting, tapi juga ASI eksklusif, anemia dan pentingnya gizi saat kehamilan serta gizi seimbang.

Edukasi perlu dilakukan dalam frekuensi tertentu untuk mendapatkan perubahan perilaku ibu hamil.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement