Rabu 30 Dec 2020 09:42 WIB

Mahasiswa UMM Lakukan Gerakan Ketahanan Pangan Keluarga

Getapak bantu memulihkan ketahanan pangan keluarga di Batu selama pandemi Covid-19.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Erik Purnama Putra
Mahasiswa UMM Gerakan Ketahanan Pangan Keluarga (Getapak) di Kota Batu, Jawa Timur.
Foto: Dok Humas UMM
Mahasiswa UMM Gerakan Ketahanan Pangan Keluarga (Getapak) di Kota Batu, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah bekerja sama dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) serta Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PDM Kota Batu menginisiasi Gerakan Ketahanan Pangan Keluarga (Getapak). Kegiatan yang dilangsungkan pada 5 sampai 31 Oktober ini dibantu oleh lima mahasiswa UMM dengan bimbingan dosen Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP), Damat.

Ketua tim, Ayu Ramadhani Kumala Dewi, menjelaskan, pelaksanaan Getapak ditunjukkan untuk memberikan solusi lain kepada masyarakat di Kota Batu. Hal ini terutama dalam membantu memulihkan ketahanan pangan keluarga selama pandemi Covid-19. “Ada tiga lokasi yang menjadi fokus kami yakni di Kelurahan Sisir, Desa Tlekung serta Desa Giripurno,” jelasnya di Kota Malang, Selasa (29/12).

Mahasiswa asal Jombang, Jawa Timur, ini menuturkan, ada beberapa tahapan yang timnya lakukan. Kegiatan diawali dengan proses pendataan dan survei masyarakat peserta. Kemudian penyuluhan terkait urban farming dan pendampingan yang diberikan kepada masyarakat selama hampir sebulan.

Pada materi penyuluhan, masyarakat diajak untuk mengenal pembuatan aquaponik, hidroponik, serta budidaya ikan dalam ember (budamber). Tiga materi itu dipilih karena dinilai cukup sederhana dan mudah dibuat. Budamber, misalnya hanya memerlukan peralatan yang biasa ditemukan di rumah.

"Kami mencoba memberikan solusi sederhana yang bisa dilakukan masyarakat. Jadi tidak perlu menambah biaya yang besar dalam pembuatannya,” kata Ayu.

Anggota kelompok PMM Getapak, Baharuddin Jamil Al-Munir, menambahkan, timnya tidak hanya menyedikan penyuluhan tapi juga materi program Cantelan dan bantuan langsung bahan pangan. Kegiatan ini juga tidak lepas dari kendala. Ia melihat, masyarakat peserta penyuluhan masih kesulitan dalam memahami materi urban farming.

Kesulitan itu dianggap wajar karena mayarakat baru pertama kali mendengar urban farming. Meski begitu, masyarakat secara bertahap mulai tertarik dan memahami dengan baik berkat pendampingan yang dilaksanakan timnya. Mahasiswa UMM asal Bengkulu itu juga berharap agar agenda tersebut bisa meringankan beban masyarakat terdampak pandemi.

Sayur dan buah yang dihasilkan dari teknik yang disampaikan dalam penyuluhan bisa menjadi alternatif pemenuhan gizi. Selain itu juga, menurut Baharuddin, budamber dapat memenuhi bahan pangan masyarakat di tengah pandemi seperti ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement