Selasa 29 Dec 2020 14:56 WIB
Cerita di Balik Berita

Tes Jadi Wartawan Republika: Terima Amplop Sampai Buta Warna

Untuk menjadi wartawan Republika harus menjalani berbagai tes.

M Subroto, Jurnalist Republika
Foto: dok. Republika
M Subroto, Jurnalist Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Subroto, Jurnalis Republika

Dalam berbagai kesempatan aku sering ditanya mahasiswa, apa persyaratan menjadi wartawan? Apakah harus berasal dari fakultas komunikasi atau jurnalistik? Apa saja yang harus dipersiapkan sebelum menjadi wartawan? 

Sejumlah media menerapkan model rekrutmen wartawan yang berbeda. Tapi secara umum standarnya sama. Lulus S1 dan tidak harus dari jurusan komunikasi. Materi tes yang diuji biasanya adalah pengetahuan umum, wawancara, psikotest, bahasa Inggris, dan kesehatan.

Lolos tes menjadi wartawan Republika susah-susah gampang. Gampang kata yang sudah berhasil bergabung. Tapi susah juga, buktinya banyak figur yang menjadi tokoh saat ini, dulu tak lolos dalam tes menjadi wartawan di Republika. Bahkan tak lulus syarat administrasi.

Bulan Agustus 1996 aku melihat ada lowongan kerja di Harian Republika. Berbagai persyaratan diminta, lulus S1, IPK minimal 2,7, bisa berbahasa Inggris, bersedia ditempatkan di mana saja, dan lainnya.  

Aku tentu tertarik. Sejak kuliah aku sudah membaca Republika. Saat liputan di Bekasi sebagai reporter Berita Yudha (BY) aku sering jalan bersama wartawan Republika Andi Nurman Nurusman (almarhum) dan Guntoro Soewarno. Jadi aku tahu banyak tentang Republika.  

Republika adalah koran nasional, didirikan oleh ICMI yang diketuai BJ Habibie. Banyak tokoh, intelektual, dan aktivis bergabung di Republika saat itu.

Aku yang baru saja kehilangan pekerjaan di Berita Yudha (baca tulisan: Dipecat Membawa Nikmat: Saat Wartawan Dituduh Mata-Mata ABRI) segera mengirim berkas lamaran. Menurutku, aku memenuhi syarat administrasi yang ditentukan.

Sekitar dua pekan setelah melayangkan surat lamaran, panggilan mengikuti tes datang. Pelaksanaan tes 2 September 1996 pukul 07.00-17.00 di Ruang Reog Madura, Hotel Indonesia, Jakarta Pusat.

Tes pertama adalah pengetahuan umum dan psikologi. Pesertanya mencapai 600 orang. Jumlah itu adalah yang lolos dari dari sekitar 3.000 pelamar.

Tes psikologi diisi dengan mengerjakan soal-soal semacam TPA, menggambar, dan tes Pauli (tes Koran). Bagiku yang berat justeru tes Pauli. Bukan susah menjawabnya, tapi tanganku sampai kram menulis jawaban 2.000 an soal yang diberikan.

Tes ini sebenarnya sederhana, hanya menghitung bilangan 0 sampai 9. Bentuknya selembar kertas berukuran besar yang berisi deretan angka-angka yang tersusun secara membujur dan berbentuk jalur-jalur. Peserta diminta untuk mengisi jawaban.

photo

Jadwal rekruitmen calon reporter Republika pada 1996. - (Dok Mahladi)

Model tes psikologi yang dikembangkan oleh Richard Pauli ini banyak digunakan pada proses penerimaan karyawan. Tes ini mengukur aspek kepribadian. Semakin banyak peserta tes  melakukan kesalahan, menunjukkan dia tidak teliti, kurang hati-hati, dan kurang punya daya tahan menghadapi tekanan dalam pekerjaan.

Bagiku tes ini sangat menguras tenaga. Harus menjawab hitungan sederhana, tapi mesti cepat, dan waktu dibatasi tiap bagiannya. Selesai tes ini jari-jari tanganku kaku beberapa saat. Benar-benar tak bisa digerakkan. Butuh beberapa lama kuurut sendiri, sebelum akhirnya normal.

Pertanyaan tes pengetahuan umum berbentuk essay. Soalnya menguji pengetahuan tentang isu-isu terkini dan juga pengetahuan umum lainnya.

Tak begitu sulitlah, karena aku sudah menjadi wartawan selama enam bulan di BY. Tiap hari hari aku membaca koran dan mengikuti perkembangan peristiwa di dalam dan di luar negeri.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement