Senin 28 Dec 2020 16:56 WIB

Begini Saran Pengamat untuk Bank Syariah Indonesia

Hal pertama yang disarankan adalah memilih CEO yang tepat.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Fuji Pratiwi
Institute for Development of Economics and Finance (Indef). Sedikitnya ada 10 hal yang disarankan untuk PT Bank Syariah Indonesia Tbk pasca efektif beroperasi pada 1 Februari 2021 nanti.
Foto: facebook.com/pg/indef.official
Institute for Development of Economics and Finance (Indef). Sedikitnya ada 10 hal yang disarankan untuk PT Bank Syariah Indonesia Tbk pasca efektif beroperasi pada 1 Februari 2021 nanti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sedikitnya ada 10 hal yang disarankan untuk PT Bank Syariah Indonesia Tbk pasca efektif beroperasi pada 1 Februari 2021 nanti.

Peneliti Ekonomi Syariah dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Fauziah Rizki Yuniarti mengatakan, kesepuluh saran ini agar bank hasil merger tiga bank syariah milik Himbara ini bisa segera bergerak secara tepat demi mewujudkan visi, misi, dan membawa kemaslahatan bagi umat.

Baca Juga

Hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih pemimpin atau Chief Executive Officer (CEO) yang tepat. "Hal ini dibutuhkan untuk mengawal proses pasca-merger yang krusial," kata Fauziah dalam keterangan pers, Senin (28/12).

Kedua, melakukan transformasi dan investasi yang masif pada infrastruktur teknologi informasi untuk bisa transformasi dan digitalisasi model bisnis serta layanan. Sehingga BSI bisa dengan serius masuk ke digital banking dan tidak tertinggal dengan bank-bank lain.

Ketiga, BSI diminta fokus pada tujuan awal pendirian untuk meningkatkan daya saing dan pangsa pasar keuangan syariah. Selanjutnya, bank ini harus bisa mengembangkan produk syariah, termasuk manajemen risiko, atas produk berakad mudharabah atau musyarakah. Sehingga porsi pembiayaan lebih merata dan tidak didominasi pembiayaan murabahah.

Kelima, Fauziah menyarankan entitas baru ini mengembangkan produk pembiayaan ke UMKM yang lebih tepat. "Sehingga BSI mampu meningkatkan porsi pembiayaan untuk segmen ini," kata dia.

Pengembangan diharapkan membuat BSI tidak sekedar berupaya memenuhi persyaratan minimal alokasi pembiayaan 20 persen untuk UMKM seperti telah diatur regulator.

"Bank ini juga harus bisa menyusun materi pemasaran yang baru yakni tidak fokus menjual agama, tapi lebih menonjolkan nilai-nilai universal sehingga bisa diterima oleh masyarakat yang lebih luas," ungkap Fauziah.

Seperti nilai ESG (Environment, Social, dan Governance), nilai keadilan, nilai etika, nilai moral, dan nilai berkelanjutan. Ketujuh, BSI diminta bisa mengembangkan bisnis model baru yang mampu memaksimalkan pemanfaatan dana sosial Islam (ziswaf) yang memiliki potensi besar.

Kedelapan, bank ini disarankan mampu bersinergi dalam menggabungkan berbagai competitive advantage yang dimiliki bank-bank anggota merger yakni PT Bank Syariah Mandiri di sektor korporasi, PT Bank BNI Syariah pada sektor ritel, dan PT Bank BRIsyariah Tbk di sektor UMKM.

Kesembilan, penambahan modal harus segera dilakukan agar BSI bisa lekas menjadi bagian Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) IV dan memperluas kesempatan mendapat dana murah. Terakhir, bank ini disarankan menyusun strategi yang tepat dalam penyaluran pembiayaan ke sektor riil, khususnya selama dan pasca pandemi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement