Selasa 29 Dec 2020 09:29 WIB

Menciptakan Oase, Menghasilkan Hiburan

IBL langsung bergerak cepat meramu kompetisi musim 2021.

Seorang penonton yang mengenakan masker melintas di depan baliho Indonesia Basketball League (IBL) 2020 Seri VII di GOR Bimasakti, Malang, Jawa Timur, Jumat (13/3/2020).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Seorang penonton yang mengenakan masker melintas di depan baliho Indonesia Basketball League (IBL) 2020 Seri VII di GOR Bimasakti, Malang, Jawa Timur, Jumat (13/3/2020).

Teropong Republika 2020-2021 berisi ulasan isu penting yang terjadi selama setahun belakangan. Sekaligus mencoba memproyeksikan bagaimana persoalan serupa bisa diselesaikan pada tahun depan. Kita semua berharap Indonesia 2021 tentu berbeda dari situasi tahun sebelumnya. Harus bangkit dan lebih baik lagi. 

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh: Gilang Akbar Prambadi

Redaktur Olahraga Republika

Dahaga publik pecinta olahraga Tanah Air tak kunjung hilang sejak pandemi Covid-19 melanda dunia. Satu per satu kompetisi, turnamen, kejuaraan, hingga pesta olahraga multi event dalam negeri rontok diterjang dua kata, 'pembatalan' dan 'penundaan'. Sebuah konsekuensi yang lahir dari mewabahnya virus corona.

Sampai tahun 2020 tinggal berumur dua hari, tak ada satupun hiruk pikuk laga sepak bola, basket, atau kejuaraan lainnya bisa dihelat. Hiburan dari dunia olahraga dalam negeri benar-benar lenyap seketika. 

Memang, di tempat lain, beberapa pihak dari berbagai cabang olahraga (cabor) mampu menggelar turnamen singkat. Tapi sebatas internal atau berskala kecil. Seperti yang dilakukan klub PB Djarum dari cabor bulu tangkis yang sudah menggelar kejuaraan bertajuk Liga PB Djarum sebanyak dua kali.

Belum lama ini pun, tepatnya akhir pekan lalu, Pengurus Pusat Kickboxing Indonesia (PP KBI) mengadakan turnamen dengan melibatkan 40 petarung lokal.

Namun, tak ada satupun gelaran olahraga tersebut yang jadi hiburan masyarakat secara umum. Dalam hal ini, larangan hadirnya penonton yang dicemaskan menimbulkan kerumunan masih jadi faktor utama. Selain itu, tiadanya siaran langsung di layar kaca, entah itu TV satelit, kabel, atau layanan streaming menambah kesulitan masyarakat untuk mengakses jalannya turnamen-turnamen tersebut.

"Oase di tengah gurun tak muncul sendiri, tapi diciptakan," demikianlah bunyi pepatah lama dari daratan Sahara, sebuah gurun terbesar di dunia dengan luas 9,2 juta kilometer persegi.

Ya, rasa haus akan tontonan olahraga Tanah Air berkualitas coba dijawab oleh manajemen dari salah satu cabor favorit di Indonesia, basket, yakni Indonesia Basketball League (IBL). Manajemen IBL boleh dibilang paling sibuk sejak aktivitas kejuaraan olahraga skala daerah hingga nasional di Indonesia dihentikan Maret lalu.

Bukan asal sok sibuk. IBL bahkan melumuri tangan mereka dengan ketegasan dalam mengambil keputusan. Itu terlihat dari fakta bahwa IBL satu-satunya yang berani menyatakan kompetisi mereka untuk musim 2020 harus dihentikan karena pandemi tak kunjung reda di tahun ini.

IBL tak pengecut mengambil keputusan tersebut, yang diketahui tak populer di kalangan klub-klub, demi memberikan kepastian. Keputusan yang sangat berat, tapi layak diambil agar tak memunculkan harapan palsu bagi siapapun yang menantikan kelanjutan musim 2020.

Enggan menggantung nasib penghuni ekosistem basket Indonesia, IBL langsung meramu musim 2021.

Tak main-main, mulai dari fase perekrutan pemain, kebijakan aturan soal 2021 tanpa pebasket impor, hingga tanggal kompetisi sudah ditetapkan. Jika tak ada aral melintang, tanggal 15 Januari 2021 akan jadi hari pertama dimulainya IBL setelah hilang dari muka bumi selama sembilan bulan terakhir. Rencananya, Mahaka Square Arena di Kelapa Gading, Jakarta Utara akan jadi venue pertandingan antarklub peserta selama enam hari lamanya. Jumlah hari tersebut digunakan untuk menuntaskan satu putaran. Terkait putaran berikutnya, IBL belum mengumumkan apapun, selain berencana menggelarnya di kota selain Jakarta, jika memungkinkan.

Untuk mengeksekusi rencana tersebut, lagi-lagi IBL menunjukkan keseriusannya dengan melakukan simulasi kompetisi. Simulasi ini mencakup beragam hal yang semuanya bernaung di dalam sebuah sistem. Dunia olahraga mengenalnya dengan sistem 'Gelembung atau Bubble'. Ini sudah digunakan oleh kompetisi basket Amerika Serikat (NBA) dalam beberapa bulan terakhir.

Nantinya, seluruh anggota IBL akan terus berada di Mahaka Square selama enam hari jalannya kompetisi putaran pertama.

Seluruh peserta yang terlibat dalam kompetisi akan dikarantina. Dua kali fase tes PCR dilakukan. Pertama sebelum kompetisi, jika 'bersih' baru mereka boleh berangkat ke Mahaka Square.

Kedua, setiba di tempat mereka menginap, Hotel Santika, Kelapa Gading, semua atlet, ofisial, dan panitia juga akan kembali menjalani tes PCR. 

Di lokasi tersebut, disediakan satu lantai isolasi jika ada peserta yang hasil tesnya positif. Rumah Sakit (RS) rujukan pun sudah digandeng, dan siap mengangkut siapapun yang diketahui terjangkit corona.

Setiap peserta harus selalu mematuhi aturan protokol kesehatan. Mereka yang melanggar akan dikenai sanksi dari mulai ringan, sedang, hingga berat

"Yang terberat mereka harus dikeluarkan dari karantina dan Gelembung," demikian kata Direktur IBL Junas Miradiarsyah saat memimpin simulasi, pertengahan bulan ini.

Cita-cita IBL untuk segera menggulirkan kompetisi memang layak didukung. Jika sukses, bukan tak mungkin sistem yang sama bisa diterapkan oleh operator kejuaraan dari cabor-cabor lain. Ini tentu positif, artinya, oase tontonan olahraga Tanah Air akan semakin bermunculan dan siap menjadi hiburan tersendiri bagi para penggemarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement