Senin 28 Dec 2020 11:56 WIB

Wapres: Program Sejuta Rumah tak Sesuai Target

Capaian Program Satu Juta Rumah tahun 2020 per 14 Desember, sebanyak 856.758 unit.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agus Yulianto
Pekerja menyelesaikan pembuatan rumah subsidi pemerintah program Sejuta Rumah Murah di Desa Sambirejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu (22/6).
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Pekerja menyelesaikan pembuatan rumah subsidi pemerintah program Sejuta Rumah Murah di Desa Sambirejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu (22/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengakui, realisasi program satu juta rumah pada 2020, tidak sesuai target. Ini, kata dia, dikarenakan adanya pandemi Covid-19 yang membuat penurunan pertumbuhan sektor perumahan di Indonesia.

"Realisasi Program Sejuta Rumah tidak sesuai target. Capaian Program Satu Juta Rumah tahun 2020 per tanggal 14 Desember sebesar 856.758 unit," ujar Ma'ruf saat menghadiri virtual Focus Group Discussion  DPD RI “Mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional melalui Sektor Perumahan”, Senin (28/12).

Ma'ruf mengatakan, dari jumlah itu sebanyak 77 persen disalurkan untuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Dia mengungkap, secara total program Sejuta Rumah yang diresmikan sejak 2015 itu telah terealisasi sebanyak kurang lebih 5,6 juta unit.

"Lebih dari 70 persen dari jumlah tersebut dinikmati oleh golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)," ujarnya.

Selain itu, akibat pandemi ini juga menyebabkan pertumbuhan sektor Real Estate pada kuartal III tahun 2020 juga jauh di bawah angka pertumbuhan pada tahun 2019 yang mencapai 5,49 persen. Dia merinci, pertumbuhan Kredit Kepemilikan Rumah dan Apartemen (KPR dan KPA) juga turun tajam dari 7,99 persen pada tahun 2019, menjadi hanya sebesar 2,05 persen pada kuartal III tahun 2020.

Untuk itu, pada 2021, pemerintah berharap ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5 persen dengan salah satu sektor strategis. Yakni sektor perumahan mendapat dukungan dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional. (PEN)

Sebab, sektor perumahan merupakan salah satu sektor yang penting dan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, yang menyumbang sekitar 2,7 persen PDB nasional serta memiliki efek berantai dan penyerapan tenaga kerja yang signifikan.

"Sektor ini memacu kurang lebih 175 industri lainnya dan bisa menyerap tenaga kerja di sektor perumahan sekiar 4,23 juta orang," ungkapnya.

Selain itu, pengeluaran rumah tangga dari sektor ini juga dapat menambahkan peningkatan PDB sebesar 0,6-1,4 persen. Artinya, setiap pembiayaan yang dilakukan pada sektor perumahan memiliki dampak yang sangat besar bagi perekonomian

Apalagi, di tengah tekanan pandemi yang menyebabkan perekonomian domestik di kuartal ketiga 2020 mengalami kontraksi 3,49 persen, sektor perumahan termasuk salah satu sektor yang mampu tumbuh positif.

Hal ini berdasarkan data yang diumumkan BPS bulan November 2020, terdapat tujuh sektor yang masih tumbuh positif secara tahunan atau year on year meski melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Ketujuh sektor tersebut yakni informasi dan komunikasi, pertanian, administrasi pemerintahan, jasa pendidikan, real estate, jasa kesehatan, serta sektor pengadaan air.

"Untuk Sektor real estate berada di urutan ke tujuh, sebesar 1,98 persen. Tentunya hal ini menjadi berita yang cukup menggembirakan bagi sektor perumahan," ungkapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement