Ahad 27 Dec 2020 23:04 WIB

RS Rujukan Covid di Lima Provinsi di Atas 70 Persen

Tingkat keterisian rumah sakit di 5 provinsi jadi tertinggi, di atas 70 persen.

Rep: ayobandung.com/ Red: ayobandung.com
 Tingkat okupansi pasien secara nasional sebesar 63 persen
Tingkat okupansi pasien secara nasional sebesar 63 persen

JAKARTA, AYOBANDUNG.COM -- Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) mencatat okupansi rumah sakit (RS) rujukan Covid-19 meningkat. Bahkan, tingkat keterisian rumah sakit di lima provinsi menjadi yang tertinggi, yakni di atas 70 persen.

Sekretaris Jenderal PERSI Lia G. Partakusuma mencatat tingkat okupansi pasien secara nasional sebesar 63 persen. Namun, dia mengatakan, keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 ini tidak merata.

"Di beberapa provinsi, ada yang tinggi keterisiannya hingga 80 persen. Lima provinsi yang tingkat okupansinya tertinggi di atas 70 persen yaitu Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan," katanya saat dihubungi Republika, Ahad (27/12).

PERSI mengaku khawatir dengan pasien yang terus bertambah karena seharusnya keterisian pasien di RS rujukan di bawah 50 persen. Apalagi, dia mengatakan, lama rawat inap pasien Covid-19 hingga sembuh relatif panjang, yaitu lebih dari 10 hari. 

 

Akibatnya, dia mengatakan, banyak antrean calon pasien tidak bisa masuk rumah sakit karena hampir penuh. Efek lainnya adalah pasien yang menderita penyakit lain juga terlantar karena terfokus pada Covid-19. 

Lia mengatakan, jumlah rumah sakit rujukan untuk merawat pasien Covid-19 sekitar 900-an. PERSI sudah melakukan upaya mengatasi masalah keterisian ini seperti menambah tempat tidur pasien Covid-19 di RS rujukan.

Ia mengatakan, jumlah tempat tidur telah bertambah cukup banyak. Lia menyebutkan lebih dari 100 tempat tidur bisa ditambah dalam kurun waktu lima hari. "Tetapi setiap selesai ditambah kemudian kembali penuh," katanya.

Ia mengatakan, kini masyarakat berada di garda terdepan dan rumah sakit justru ada di benteng terakhir. Karena itu, ia meminta masyarakat untuk menahan diri dan tidak menambah risiko penularan dengan menerapkan gerakan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun. 

Masyarakat juga diminta tidak meremehkan penyakit ini karena cepat menular, termasuk di antara keluarga. Sebab, berapa pun penambahan tempat tidur akan percuma jika banyak yang terinfeksi.

"Akibatnya, pasien bisa terlantar karena rumah sakit penuh, belum lagi harus menambah sumber daya manusia (SDM)," ujarnya. 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ayobandung.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ayobandung.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement