Ahad 27 Dec 2020 20:08 WIB

Kisah Spiritual Haji Perdana Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mempunyai pengalaman haji

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mempunyai pengalaman haji. Ilustrasi haji
Foto: Amr Nabil/AP
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mempunyai pengalaman haji. Ilustrasi haji

IHRAM.CO.ID, JAKARTA— Syekh Abdul Qadir al-Jailani menuturkan pengalamannya menunaikan ibadah haji perdananya. 

Tokoh sufi terkemuka itu, menyatakan ibadah haji pertamanya dia lakukan pada saat masih muda dan sedang melaksanakan tajrib (pelepasan). Saat  tiba di daerah Umm A-Qurn, dia bertemu Syekh Uday bin Musafir. 

Baca Juga

"Mau kemana engkau?" Tanya Udah kepadaku. "Makkah Almusyarrofah," jawabku. "Apakah engkau bersama seseorang?" "Aku sedang melaksanakan tajrid," jawabku. "Begitu juga diriku," ujarnya.

"Kemudian kami berdua melanjutkan perjalanan," kata Syekh Abdul Qadir seperti dikisahkan Abduraham As-Sirbuny dalam buku "198 Kisah Haji Wali-Wali Allah". 

“Di tengah perjalanan kami berjumpa seorang wanita kurus dari Habasyi (Ethiopia). Dia berhenti di depanku dan memandangi wajah-wajahku lalu kemudian berkata.”

"Anak muda, dari manakah engkau?" "Aku orang Azzam yang tinggal di bagian," jawabku." "Engkau telah membuatku lelah hari ini." Mengapa?" 

"Satu jam yang lalu aku berada di Habsyi, kemudian Allah SWT  menunjukkan hatimu kepadaku sekaligus anugerah-Nya kepadamu yang belum pernah saksikan diberikan-Nya kepada selain dirimu. Hal itu menyebabkan aku ingin mengenal dirimu.” 'Hari ini aku ingin berjalan bersama kalian melewatkan malam bersama kalian," tuturnya kepada kami. "Itu pun itu merupakan kehormatan buat kami," jawabku. 

Kemudian dia pun mengikuti kami berjalan di sisi lain lembah tersebut. Ketika tiba waktu sholat maghrib dan makan malam tiba, sebuah nampan turun dari langit yang berisi enam karat potong roti beserta lauk pauknya. 

"Subhanallah segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memuliakan tamuku," kata perempuan tersebut." 

"Padahal setiap malam biasanya aku hanya diberi dua potong roti, maka enam potong yang diturunkan pada malam ini tentulah sebagian bentuk penghormatan kepada tamuku." 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement