Ahad 27 Dec 2020 11:44 WIB

Unjuk Rasa Tuntut PM Israel Netanyahu Mundur Terus Berlanjut

Unjuk rasa menuntut Netanyahu mundur telah berlangsung berbulan-bulan

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
  Ribuan warga Israel berunjuk rasa di luar kediaman Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Yerusalem, ilustrasi
Foto: AP / Maya Alleruzzo
Ribuan warga Israel berunjuk rasa di luar kediaman Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Yerusalem, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Ratusan warga Israel menggelar unjuk rasa menuntut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mundur. Demonstrasi itu digelar beberapa hari usai Israel memasuki tahap kampanye pemilihan umum yang terbaru.

Pada Sabtu (26/12) kemarin, pengunjuk rasa berkumpul di depan kediaman Netanyahu di Yerusalem, melanjutkan perjuangan mereka selama berbulan-bulan menuntut penguasa paling lama di Israel itu untuk mundur dari jabatannya. Para pengunjuk rasa menilai Netanyahu gagal mengatasi pandemi dan tidak bisa memimpin negara saat didakwa atas pasal penipuan, penyalahgunaan kepercayaan, dan menerima suap di tiga kasus korupsi yang berbeda. Netanyahu membantah semua tuduhan tersebut.

Baca Juga

Pengunjuk rasa memegang poster yang mendesak Netanyahu untuk 'pergi' dan mendeklarasikan 'kami tidak akan berhenti berunjuk rasa hingga Anda keluar dari hidup kami'. Cuaca dingin membuat angka partisipasi demonstrasi lebih rendah dibandingkan unjuk rasa sebelumnya.

Namun, pengunjuk rasa memiliki pemicu baru karena tampaknya Israel akan menjalani pemilihan umum keempatnya dalam dua tahun terakhir pada bulan Maret mendatang. Netanyahu akan menghadapi penantang baru yang keluar dari Partai Likud yang ia pimpin.

Pemilihan itu tampaknya akan menjadi pemilihan yang paling memecah belah dalam sejarah Israel dan menentukan nasib Netanyahu. Sebab, pemilihan itu digelar tepat ketika sidang kasus korupsi Netanyahu masuk ke tahap pembuktian.

Unjuk rasa Sabtu kemarin juga digelar satu hari sebelum Israel memberlakukan karantina nasional ketiga mereka. Kebijakan yang diterapkan saat Israel mengalami lonjakan kasus positif Covid-19 itu dinilai akan berdampak pada perekonomian.

Kritikus mengatakan Netanyahu dan pemerintahan yang disebut pemerintah 'darurat' yang dibentuk untuk merespons pandemi telah mengabaikan saran mereka. Sehingga, negara itu terpaksa memberlakukan kembali karantina nasional yang mahal harganya.

Dalam kampanyenya Netanyahu membanggakan vaksinasi yang tengah berjalan sebagai cara untuk keluar dari krisis kesehatan global. Israel menggelar inokulasi terbesar di dunia.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement