Sabtu 26 Dec 2020 15:47 WIB

Pusing Setelah Makan Es Krim Wine di Hongkong

Selama liputan di Hongkong, aku kesulitan mencari makanan halal.

M Subroto, Jurnalist Republika
Foto:

Siang itu kami mampir ke restoran Perancis. Aku sudah duga pasti makanannya tak halal. Tapi aku ikut saja. Perutku masih kenyang, jadi aku tak perlu ikut makan. Chui dan Nanda memesan makanan. Aku memilih makan es krim.

Pesananku datang. Es krim vanilla yang menggoda. Diletakkan di piring. Toppingnya ditaburi sirup berwarna merah. Aku segera menyantap eskrim itu. Namun ada yang berbeda di lidah saat aku menyantap sirupnya. Rasanya agak aneh.

Chui bilang topingnya mungkin bukan sirup, tapi wine. Kami berdebat bertiga. Aku jadi ragu apakah itu wine atau sirup. Rasanya memang asing di lidah.

Untuk membuktikan, aku menuju ke bartender yang tak jauh dari tempat kami duduk. Si bartender sedang menyiapkan es krim yang sama. Saat menuang sirup, dia menunjukkan merk botolnya. Waduh, itu wine. Dan tiba-tiba kepalaku merasa pusing.

Esoknya Chui mengajak ke perbukitan Ngong Ping di Pulau Lantau. Di sana ada objek wisata Tian Tan Buddha atau Patung Buddha Besar, dan komplek Po Lin Monastery, salah satu kuil tertua di Hongkong. Dan yang lebih menarik Chui bilang, ada restoran vegetarian yang semua bahan makanannya terbuat dari sayur-sayuran.

Untuk mencapai ke sana kami naik MRT. Perjalanan dilanjutkan dengan naik kereta gantung Ngong Ping 360 melintasi bukit-bukit. Membutuhkan waktu sekitar 25 menit untuk sampai ke kawasan patung Buda dan Polin Monastery dari stasiun Ngong Ping 360.

Kami memilih kereta gantung dengan kabin kristal. Semua sisinya terbuat dari kaca. Dari kabin itu kami bisa menikmati pemandangan sekitar Pulau Lantau yang memanjakan mata. Panorama laut, bukit-bukit, dan pepohonan hijau membuat perjalanan tak terasa lama.

Di kompleks kuil Po Lin Monastery kami berkeliling. Fokusku adalah mencari makanan. Perutku sudah keroncongan. Kami menuju restoran vegetarian yang diceritakan Chui.

Makanan dihidangkan. Ada daging, tahu, telur, dan bermacam-macam bentuk makanan. Semua  terbuat dari sayuran. Dagingnya dari jamur, telur dari tahu. Jika tak diberitahu, kita akan mengira itu daging sungguhan. Rasanya pun hampir sama dengan daging.  

Aku makan lahap sekali. Ini makanan ternikmat di Hongkong setelah dim sum di Islamic Center.

Setelah selesai makan aku baru ingat sesuatu. Mungkin bahan makanannya halal, karena  semua dari sayuran, tapi bagaimana dengan minyaknya atau bumbu-bumbunya. Apakah juga halal?

Waduh, mengapa terpikir setelah semua makanan masuk ke dalam perut? Kepalaku jadi pusing lagi.

Tips meliput jalan-jalan:

- Cari informasi tempat wisata yang dituju sebelum liputan

- Tuliskan hal-hal baru yang belum banyak ditulis sebelumnya

- Cari informasi yang bia menjadi panduan bagi pembaca misalnya akses masuk, harga tiket, dll.

- Deskripsikan tempat wisata dengan lengkap

- Wawancara dengan pengunjung dan pengelola tempat wisata

- Perkaya tulisan dengan mengungkap sejarah atau cerita-berita menarik tentang objek wisata

- Ambil foto dan videonya

- Lengkapi tulisan dengan tips-tips khusus untuk mengunjungi tempat tersebut.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement