Sabtu 26 Dec 2020 19:30 WIB

Fauci: Januari Bisa Jadi Bulan Terburuk Pandemi di AS

Berita soal vaksin membuat banyak orang lalai menjaga protokol kesehatan.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Michelle Chester, DNP, direktur, layanan kesehatan karyawan, Northwell menunjukkan vaksin Moderna coronavirus disease (COVID-19) di rumah sakit Long Island Jewish Valley Stream Northwell Health di New York City, AS, 21 Desember 2020.
Foto: EPA-EFE/EDUARDO MUNOZ
Michelle Chester, DNP, direktur, layanan kesehatan karyawan, Northwell menunjukkan vaksin Moderna coronavirus disease (COVID-19) di rumah sakit Long Island Jewish Valley Stream Northwell Health di New York City, AS, 21 Desember 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada banyak optimisme yang beralasan tentang vaksin virus corona akan bisa mengatasi pandemi. Ahli penyakit menular AS Dr. Anthony Fauci dan beberapa pakar kesehatan lainnya mengatakan jika semuanya berjalan sesuai rencana pandemi mungkin akan berakhir sebelum 2022.

Hal ini seiring dengan vaksinasi yang mulai dilakukan di AS dengan vaksin Pfizer dan Moderna. Namun, menurut dia, euforia seputar vaksin Covid-19 seharusnya tidak menjadi alasan orang untuk mulai tidak terlalu serius melakukan tindakan pencegahan keamanan virus corona.

Baca Juga

Sebaliknya, mematuhi pedoman seperti memakai masker dan menjaga jarak sosial menjadi lebih penting saat ini. Sebab, belakangan ini terjadi lonjakan infeksi virus corona baru, kematian dan rawat inap baru-baru ini.

Dilansir dari BGR, Sabtu (26/12), Dr. Fauci baru-baru ini mengatakan Januari bisa menjadi bulan terburuk dari seluruh pandemi karena perayaan Thanksgiving dan Natal.

Beberapa ahli telah memperingatkan bahwa kita harus waspada terhadap euforia vaksin'. “Kami sangat dibutakan oleh euforia vaksin, seperti cahaya di ujung terowongan- sehingga kami meremehkan berapa panjang terowongan itu dan betapa berbahayanya terowongan itu,” kata direktur eksekutif Global Fund to Fight AIDS, TBC dan Malaria, Peter Sands.

Sands mengemukakan hal yang menarik, bahwa jalan untuk mengalahkan virus corona tidak harus selalu pendek. Sebaliknya, vaksin virus corona hanya dapat memerangi pandemic secara efektif jika mayoritas orang Amerika memilih untuk menerimanya.

Menurut Fauci, setidaknya 75 persen orang Amerika perlu menerima vaksin jika ingin menyingkirkan virus corona dengan kuat. “Saya akan berpikir setidaknya 75 persen. Mudah-mudahan mendekati 80-85 persen,” ujar Fauci.

Selain itu, karena vaksin virus corona memerlukan dua dosis, diperlukan waktu cukup banyak sampai akhitnya vaksin dapat diproduksi untuk mengakomodasi seluruh negara. Dalam skenario kasus terbaik, Fauci percaya orang Amerika yang sehat, atau orang dewasa yang lebih muda tanpa kondisi penyakit bawaan mungkin mendapatkan akses ke vaksin virus corona pada akhir Maret atau awal April.

“Ini benar-benar akan bergantung pada efisiensi peluncuran,” kata Fauci.

William Hallman, seorang psikolog di Rutgers University dan seorang ahli dalam studi tentang persepsi risiko, mencatat risiko statistik dari aktivitas apa pun jauh lebih penting daripada risiko yang dipikirkan.

“Dari sudut pandang persepsi risiko, ada potensi bahaya bahwa orang-orang sekarang akan mendapatkan vaksinasi dan berpikir bahwa mereka adalah manusia super dan tidak ada yang dapat menyentuhnya, yang tentunya tidak benar,” ujar Hallman.

Masih belum jelas, sampai saat ini, berapa lama vaksin bertahan dan dapat mencegah infeksi setelah diberikan. Kesimpulan yang lebih besar di sini adalah bahwa vaksin memang diharapkan akan menghilangkan wabah virus corona untuk selamanya. Namun, penting untuk diingat bahwa kita masih jauh dari itu menjadi kenyataan.

Sampai saat itu, orang harus tetap waspada tentang mengikuti pedoman keselamatan Covid-19 dan menghindari setiap dan semua pertemuan di dalam ruangan jika memungkinkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement