Sabtu 26 Dec 2020 11:40 WIB

Produksi Minim, Harga Cabai Terus Melonjak

Kenaikan produksi baru akan terjadi pada Februari bertepatan dengan musim panen raya

Rep: Dedy Darmawan Nasution / Red: Hiru Muhammad
Pedagang memilah cabai yang akan dijual di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Rabu (16/12/2020). Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, menjelang Natal dan Tahun Baru, rata-rata harga cabai merah besar di pasar tradisional di seluruh Indonesia naik 1,33 persen dari Rp52.452 menjadi Rp53.150 per kilogram, sedangkan cabai rawit hijau naik 1,79 persen dari Rp41.801 menjadi 42.550 per kilogram.
Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Pedagang memilah cabai yang akan dijual di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Rabu (16/12/2020). Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, menjelang Natal dan Tahun Baru, rata-rata harga cabai merah besar di pasar tradisional di seluruh Indonesia naik 1,33 persen dari Rp52.452 menjadi Rp53.150 per kilogram, sedangkan cabai rawit hijau naik 1,79 persen dari Rp41.801 menjadi 42.550 per kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Selain telur dan ayam ras yang tengah mengalami kenaikan, harga komoditas cabai juga dalam tren kenaikan. Kementerian Pertanian (Kementan) memproyeksi kenaikn harga akan terus terjadi hingga menjelang akhir Januari 2021 mendatang.

Kepala Bidang Harga Pangan, Badan Ketahanan Pangan, Kementan, Inti Pertiwi mengatakan, secara nasional rata-rata produksi cabai rawit merah dan cabai merah keriting terus mengalami penurunan sejak September lalu.

Secara berturut, produksi September di kisaran 135 ribu ton, lalu menurun pada Oktober menjadi di bawah 95 ribu ton, menurun kembali menjadi hanya 85 ribu ton. Adapun pada Desember diprediksi produksi kurang dari 85 ribu ton per bulan dan terus menurun hingga bulan depan. Kenaikan produksi baru akan terjadi pada Februari lantaran bertepatan dengan musim panen raya.  "Pasokan memang tidak banyak, di Jawa, panen hanya ada di Kediri dan Tuban. Namun, rata-rata di Jawa Timur itu sudah petikan terakhir, artinya produktivitas berkurang," kata dia.

Inti mengatakan, akibat penurunan produksi, harga ikut terkerek naik. Secara rata-rata nasional, harga aneka cabai di tingkat petani Rp 30 ribu - Rp 35 ribu per kilogram (kg). Puncak kenaikan harga diprediksi terjadi pada pekan ketiga Januari yang akan menyentuh Rp 45 ribu per kg. Sebagai catatan, pada saat produksi tengah dalam kondisi normal, rata-rata harga dari petani berkisar Rp 20 ribu per kg. "Ini harga jual dari petani jika secara rata-rata nasional, artinya ada yang lebih tinggi dari itu dan lebih rendah," katanya.

Ia menjelaskan, pola pergerakan harga cabai rawit merah dan cabai merah keriting cenderung sama karena menjadi konsumsi utama masyarakat. Adapun untuk jenis cabai merah besar, Kementan tidak menaruh fokus karena konsumennya didominasi oleh industri hotel restoran dan katering (horeka). Cabai merah besar, kata Inti, juga lebih banyak digunakan sebagai penghias makanan, bukan bahan baku untuk diolah.

Akibat kenaikan harga di petani, harga di tingkat konsumen ikut terkerek naik. Di Jakarta, rata-rata harga cabai rawit merah di pasar tradisional mencapai Rp 62.710 per kg sedangkan cabai merah keriting dihargai Rp 63.131 per kg.

Adapun secara nasional, statistik Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) mencatat, hingga Rabu (23/12) cabai rawit merah sebesar Rp 57.350 per kg sedangkan cabai merah keriting dihargai Rp 56.400 per kg. Acuan harga komoditas cabai di tingkat konsumen tidak diatur pemerintah, namun harga pada situasi normal berkisar Rp 25 ribu - 30 ribu per kg.

Inti mengatakan, minimnya produksi ini tidak lepas dari dampak pandemi Covid-19. Pasalnya, harga cabai pada musim panen sebelumnya sempat mengalami kejatuhan hingga di bawah Rp 10 ribu per kg. Sementara, menurut Asosiasi Agribisis Cabai Indonesia, biaya produksi berkisar Rp 13 ribu - Rp 14 ribu per kg.

Kejatuhan harga itu, kata Inti, membuat pendapatan petani menurun drastis dan berdampak pada keterbatasan modal untuk melakukan penanaman kembali. "Jadi benar, gairah petani untuk menanam kurang. Petani saking tahu harga jual, bahkan mereka saat itu tidak mau panen karena biaya panen lebih besar dari harga jual," ujarnya.

Oleh karena itu, Inti mengatakan, dengan proyeksi harga yang akan terus meningkat hingga bulan depan, perlu adanya langkah-langkah pendistribusian cabai dari dari daerah surplus ke defisit. Ia pun menilai, perlu adanya kontribusi dari BUMN sektor transportasi dalam membantu pendistribusian bahan pokok seperti yang dilakukan pada awal tahun ini. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement