Jumat 25 Dec 2020 10:40 WIB

Gunung Es Terbesar Dunia Pecah Ancam Populasi Satwa

Pecahnya gunung es bisa menghalangi rute makan anjing laut dan penguin.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Dwi Murdaningsih
Gambar satelit gunung es terbesar di dunia pecah.
Foto: Copernicus Data 2020 / A.Luckman via bbc
Gambar satelit gunung es terbesar di dunia pecah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gunung es terbesar dunia A68a pecah. Gunung es yang terbawa arus Atlantik Selatan tampaknya mengalami perpecahan besar.

Citra satelit terbaru Selasa (22/12) mengungkapkan celah besar, dengan balok es besar mulai terpisah dan menjauh satu sama lain.

Baca Juga

Kini, gunung es raksasa itu masih mempertahankan ketebalan es nya. Esnya masih bisa dilihat di perairan sekitar pulau Atlantik Selatan di Georgia Selatan. Jika ini terus terjadi, maka kekhawatiran tentang efek gunung es terhadap satwa yang ada di wilayah tersebut akan muncul kembali.

Runtuhnya gunung es ini berpotensi menghalangi rute makan laut bagi jutaan penguin dan anjing laut. Hal ini tentu sangat berpotensi menyebabkan kelaparan hewan massal

Dilansir dari BBC, Kamis (24/12) Staf di Nerc Center for Polar Observation and Modeling (CPOM) di Universitas Leeds di Inggris mengatakan telah memeriksa bentuk A68a yang berubah selama tiga setengah tahun sejarahnya. Mereka  menggunakan empat sistem satelit terpisah untuk memeriksa gunung es itu. Satelit memeriksa tidak hanya area yang berkembang dari blok beku tetapi juga ketebalannya.

Area tersebut dilacak menggunakan satelit Sentinel-1 Eropa dan peralatan Amerika. Apa yang dimulai sebagai raksasa berukuran 5.664 km persegi sekarang menjadi hanya 2.606 km persegi (seukuran wilayah Inggris di Durham).

Profil ketinggian gunung es di atas permukaan laut juga telah dicatat oleh pesawat luar angkasa CryoSat-2 Eropa dan IceSat-2 Amerika. Awalnya, A68 memiliki ketebalan rata-rata 232 meter dengan bagian paling tebal berdimensi 285 meter.

Saat ini, A68a yang tersisa secara umum lebih tipis 32 meter meskipun ada beberapa tempat di mana ketebalannya telah berkurang lebih dari 50 meter.

Jika digabungkan, perubahan luas dan ketebalan mencapai 64 persen pengurangan volume gunung es dari aslinya 1.467 km kubik menjadi 526 km kubik. Pertanyaan besarnya, tentu saja, apakah gunung es yang berkurang banyak itu masih memiliki kapasitas untuk mendarat sendiri di Georgia Selatan.

Saat ini, semua fragmen gunung es tertahan dalam aliran air yang bergerak cepat yang dikenal sebagai Front Arus Sirkumpolar Antartika Selatan. Ini kemungkinan akan menyapu bongkahan di sekitar Georgia Selatan dan kemudian melemparkannya ke utara.

Tim CPOM bahkan telah menghitung tingkat leleh rata-rata A68 adalah 2,5 cm per hari dan gunung es tersebut sekarang menumpahkan 767 meter kubik air tawar per detik ke laut sekitarnya setara dengan 12 kali arus keluar Sungai Thames Inggris.

Banyak pengamat memperkirakan nantinya masyrakat masih disuguhi disintegrasi yang jauh lebih spektakuler dari elemen-elemen A68 yang tersisa. Saat balok-balok bergerak ke kondisi udara yang lebih hangat dan lebih hangat, lelehan air yang berlebihan akan dihasilkan di permukaan es. Air ini kemudian akan memaksa mereka turun melalui retakan untuk membuka es lebih jauh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement