Rabu 23 Dec 2020 20:15 WIB

BI: Masyarakat Berikan Persepsi Positif Terhadap Ekonomi

Masyarakat sudah berada di zona optimistis meski saat ini pandemi Covid-19.

BI: Masyarakat Berikan Persepsi Positif Terhadap Ekonomi (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
BI: Masyarakat Berikan Persepsi Positif Terhadap Ekonomi (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID,PALEMBANG -- Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Hari Widodo mengatakan masyarakat memberikan persepsi positif terhadap kondisi perekonomian pada masa mendatang.

“Ini berdasarkan survei yang dilakukan Bank Indonesia. Masyarakat ada persepsi positif soal ekonomi di masa datang, ini untuk enam bulan ke depan,” kata Hari di Palembang, Rabu (23/12).

Menurutnya, hal ini patut disyukuri karena masyarakat sudah berada di zona optimistis meski saat ini pandemi COVID-19 masih berlangsung.

Beberapa parameter dan indikator yang terjadi sejatinya juga sejalan dengan persepsi positif masyarakat itu, seperti mulai terjadi peningkatan kegiatan di berbagai lapangan usaha, di antaranya pada kegiatan logistik dan perdagangan eceran.

Bahkan, khususnya di Sumatera Selatan, BI memperkirakan bakal mencetak inflasi yang relatif rendah, yakni di bawah target 3 persen plus minus 1 persen, atau di bawah 2 persen.

“Ini dapat dimaklumi karena ada pelemahan permintaan masyarakat, walaupun secara distribusi sudah terpenuhi,” kata dia.

Atas dasar itu, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2021 di Sumsel mencapai 5,2-5,6 persen untuk zona optimistis, 4,8-5,2 persen untuk zona moderat dan 4,4-4,8 persen untuk zona pesimis.

Hari menyakini bahwa pada 2021, perekonomian Sumsel akan memasuki fase pemulihan karena sebenarnya sudah menggeliat kembali pada triwulan III setelah sempat tertekan di triwulan II akibat adanya penurunan aktivitas ekonomi, sebagai respon atas penerapan ‘physical distance’.

Ini karena terjadi penurunan konsumsi masyarakat terjadi secara menyeluruh, bukan hanya menyentuh warga di level ekonomi menengah ke bawah tapi juga menengah ke atas.

Walhasil, lanjutnya, respon masyarakat itu berdampak juga kepada sisi finansial, di mana terjadi peningkatan Dana Pihak Ketiga di perbankan karena masyarakat lebih suka menabung.

Untuk itu, BI mengeluarkan kebijakan moneter untuk tetap menstimulus ekonomi dalam negeri yakni menurunkan suku bunga secara bertahap. Dengan harapan, perbankan juga menurunkan suku bunganya sehingga bisa jadi pemicu permintaan kredit.

Saat ini permintaan kredit masih lemah, karena pelaku usaha banyak yang menahan rencana bisnis (ekspansi dan investasi).

“BI pun hadir dalam mengintervensi pasar valas, dan pelonggaran likuiditas. Tapi tetap saja, kebijakan moneter ini harus diikuti dengan kebijakan lain, atau yang sering kami sebut bauran kebijakan,” kata dia.

Sumsel sudah berhasil melewati tekanan berat ekonomi yang tepatnya terjadi pada triwulan II 2020, yang mana saat itu mengalami pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi1,53 persen secara year-on-year(yoy).

Namun pada triwulan III, daerah berpenduduk 8 juta jiwa lebih ini mencetak pertumbuhan -1,4 persen (yoy) atau terjadi pertumbuhan 0,13 persen jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Malahan secara quartal-to-quartal (qoq), Sumsel sudah tumbuh 4,12 persen.

Hari menyampaikan sejauh ini BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumsel bakal berada di kisaran 0,5 hingga minus 1,0 persen pada akhir 2020.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement