Rabu 23 Dec 2020 17:10 WIB

Nicole Kidman Prihatin Kekerasan pada Wanita Kian Marak

Kisah para penyintas yang ditemui selama menjadi duta di PBB, mendorongnya bersuara.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Nicole Kidman    (test 610 x 409)
Foto: AP/Lionel Cironneau
Nicole Kidman (test 610 x 409)

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Bagi Nicole Kidman, setiap orang memiliki peranan dalam mengakhiri kekerasan terhadap wanita dan anak perempuan yang telah melonjak selama pandemi Covid-19. Aktris peraih Oscar sekaligus UN Women Goodwill Ambassador itu, mengaku prihatin dengan para korban kekerasan.

Kidman menilai, lonjakan tindakan kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan ketika pandemi Covid-19 menjadi pandemi bayangan. Perannya sebagai Caleste dalam serial televisi Big Little Lies juga telah memengaruhinya secara personal tentang bagaimana pahitnya kekerasan fisik atau mental. Dalam serial itu, Caleste digambarkan sebagai seorang janda, pengacara, dan korban KDRT.

"Saya merasa sangat miris dan terluka ketika menceritakan kisah karakter Caleste. Meskipun berakting sebagai Caleste itu tidak sebandingkan dengan yang dihadapi wanita dalam hubungan yang kasar," kata Kidman dalam kolom opini di surat kabar di The Guardian.

Perempuan asal Australia itu mengatakan, kisah para penyintas yang dia temui selama menjadi duta di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mendorongnya untuk memberikan suara kepada mereka yang tidak memiliki platform. Dari Amerika Latin hingga Eropa, negara-negara di seluruh dunia telah melaporkan lonjakan kasus KDRT terhadap perempuan selama pembatasan sosial terkait pandemi.

Direktur Eksekutif Wanita PBB Phumzile Mlambo-Ngcuka melaporkan bahwa tahun lalu angka kekerasan seksual dan fisik terhadap perempuan dan anak mencapai 243 juta. Tahun ini, kasusu KDRT, perisakan siber, pernikahan anak, pelecehan seksual, dan kekerasan seksual kian melonjak tajam.

Selama lockdown awal tahun ini, Meksiko dan Kolombia mengalami lonjakan lebih dari 50 persen untuk kasus kekerasan terhadap perempuan dan KDRT. Di seluruh Eropa, juga dilaporkan peningkatan panggilan darurat hingga 60 persen dari perempuan yang menjadi sasaran kekerasan oleh pasangan mereka pada April.

Dalam kolomnya, Kidman mengutip catatan Data Kependudukan PBB pada April yang mengatakan setiap tiga bulan pembatasan sosial dapat memicu 15 juta kasus kekerasan berbasis gender. Karenanya, dia meminta pemerintah di setiap negara untuk mendengarkan para penyintas dan menggunakan media sosial atau ruang komunitas untuk meningkatkan kesadaran.

"Setiap orang memiliki peran dan kekuatan untuk berkontribusi dalam mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, bahkan selama pandemi ini," kata Kidman.

Dia menyebut, kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan sudah meluas sebelum pandemi. "Apakah itu akan bertahan lebih lama, atau tidak, tergantung pada kita semua," ujar Kidman seperti dilansir di Malay Mail pada Rabu (23/12).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement