Rabu 23 Dec 2020 08:03 WIB

Mengenal Thumamah, Sosok Pembunuh yang Dijamu Rasulullah

Thumamah memiliki kekuasaan terbesar di Arab sebelum masa Alquran dibukukan.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: A.Syalaby Ichsan
Ilustrasi kafilah dagang di gurun pasir
Foto: saharamet.org
Ilustrasi kafilah dagang di gurun pasir

REPUBLIKA.CO.ID, Penguasa semenanjung Arab itu tampak kesal. Dia tidak terima dengan surat yang berisikan seruan memeluk Islam. Saking kesalnya, lelaki itu, Thumamah bin Uthal, berjanji akan membunuh si pen dakwah risalah Islam yang menandatangani surat. Tidak lain, orang itu adalah Rasulullah SAW.

Suatu ketika, paman Thumamah meng ingat kan soal niatnya untuk membunuh Na bi. Thumamah kemudian melan carkan niatnya dengan terlebih dahulu mem bunuh kelompok sahabat Nabi. Setelah peristiwa tersebut, Nabi pun menya ta kan, Thumamah disilakan membunuh Rasulullah. Namun, entah kenapa, dia tidak melakukan itu.

Utusan Allah tersebut memang sedang gencar mendakwahkan Islam ke berbagai wilayah di tanah Arab. Dakwah itu dimaksudkan untuk mengajak masyarakat meninggalkan tradisi menyembah berhala dan menjadi Muslim yang mengakui keesaan Allah. Namun, ajakan itu banyak dipertentangkan. Rasulullah ketika itu banyak mendapatkan perlawanan berbentuk cacian, bahkan penghinaan yang sangat tidak beradab.

Thumamah memiliki kekuasaan terbesar di Arab sebelum masa Alquran dibukukan. Wajar, dia merupakan keturunan Bani Hanifah yang berkuasa di Yamamah. Masyarakat di sana ketika itu sangat menghormatinya. Dia mampu memengaruhi banyak orang untuk kepentingan politiknya.

 

 Tidak lama setelah membunuh sahabat Rasulullah, Thumamah pergi ke Makkah untuk mengelilingi Ka'bah dan menyembah berhala. Ketika dalam perjalanan sekitar Madinah, dia ditangkap oleh kelompok Muslim yang sedang berpatroli. Dia kemudian dibawa dan diikat ke salah satu tiang masjid Nabawi. Thumamah berontak, tapi tidak mampu melepaskan diri. Penguasa itu tidak mengetahui siapa yang menangkapnya.

Pasukan Muslim menangkapnya karena dicurigai akan melakukan kejahatan. Mereka pun menunggu keputusan. Rasulullah yang menentukan hukuman apa yang dijatuhkan. Namun, sebelum menjatuhkan hukuman, Nabi terlebih dahulu mengenali sosok yang ditangkap. Setelah itu, Rasul mengetahui dia adalah Thumamah, orang yang selama ini memusuhi Islam

Rasul kemudian memerintahkan istrinya menyiapkan makanan dan memeras susu unta. Dia memberikan langsung hidangan itu kepada Thumamah. Saat memberikan makan, rasul berharap Thumamah dapat diajak memeluk Islam. Namun, ketika itu, Thumamah belum mau memeluk Islam.

Penguasa itu tidak terima ditahan. Bahkan, dia sempat mengancam akan menyerang umat Islam jika tidak membebaskannya. Tidak hanya itu, dia juga sempat menawarkan imbalan tertentu demi hadiah kebebasan. Namun, semua itu tidak direspons. Rasulullah tetap menahannya. Uniknya, meski ditahan, Rasulullah tetap memberinya makan. Setelah ditahan selama dua hari, Thumamah dibebaskan.

Dia meninggalkan Masjid Nabawi dengan berkuda. Thumamah kemudian beristirahat di sebuah kebun kelapa di pinggiran Madinah dekat al-Baqi. Dia membersihkan unta dan dirinya. Kemudian, dia kembali ke Masjid Nabawi. Thumamah kemudian menemui umat Islam yang sedang berkumpul dan langsung mengucapkan dua kalimat syahadat. Kepada Rasulullah dia menjelaskan, sang Nabi adalah orang yang paling dibencinya di muka bumi, tetapi kini dia adalah orang yang paling disayangi. Sang Rasul dianggapnya sebagai pemimpin yang mengayomi masyarakat dan tidak sungkan untuk berbuat baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement