Selasa 22 Dec 2020 23:45 WIB

Jumlah Kematian Akibat Polusi Udara di India Naik Tajam

New Delhi dikenal sebagai ibu kota dengan pencemaran udara paling buruk di dunia

Rep: Lintar Satria/Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Warga India dan turis mengenakan masker untuk menghalau polusi udara saat berjalan di New Delhi, India. New Delhi dikenal sebagai ibu kota dengan pencemaran udara paling buruk di dunia. Ilustrasi.
Foto: AP
Warga India dan turis mengenakan masker untuk menghalau polusi udara saat berjalan di New Delhi, India. New Delhi dikenal sebagai ibu kota dengan pencemaran udara paling buruk di dunia. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Jurnal medis The Lancet melaporkan jumlah warga India yang meninggal dunia karena polusi udara pada tahun 2019 meningkat dari tahun 2017. Laporan yang dikirim ke pemerintah India Selasa (22/12) itu menyebutkan tahun lalu sekitar 1,67 juta orang meninggal dunia karena polusi udara.

Kota-kota India yang mengalami pertumbuhan ekonomi termasuk kota-kota dengan tingkat polusi tertinggi di dunia. Pada 2017 jumlah orang tewas karena polusi hanya 1,24 juta orang atau sekitar 12,5 persen dari total kematian. Angka itu lebih kecil dibandingkan tahun lalu.

Baca Juga

Penelitian menemukan polusi udara memicu penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), infeksi pernapasan, kanker paru-paru, penyakit jantung, strok, diabetes, penyakit neonatal, dan katarak. PPOK adalah peradangan pada paru-paru yang berkembang dalam jangka panjang.  

New Delhi dikenal sebagai ibu kota dengan pencemaran udara paling buruk di dunia. The Lancet melaporkan dampak ekonomi polusi udara kota yang langitnya kerap tertutup udara kotor itu mencetak rekor.

Kerugian India akibat pencemaran udara pada tahun 2019 mencapai 36,8 miliar dolar AS atau sekitar 1,36 persen gross domestik bruto negara itu. Negara bagian paling padat dan miskin Uttar Pradesh and Bihar mengalami kerugian paling besar.

The Lancet mengatakan walaupun angka kematian rumah tangga akibat polusi udara pada 2019 turun 64,2 persen dibandingkan tahun 1990, partikulat udara ambien bertambah dua kali lipat. "Peningkatan kualitas udara di seluruh India selama karantina Covid-19 dan kembali rusak ketika peraturan pembatasan sosial dilonggarkan, memberikan poin menarik polusi udara dapat berkurang dengan berkurangnya aktivitas manusia," terang jurnal tersebut.

Dalam pernyataannya, pemerintah India mengatakan mereka perlu berinvestasi lebih banyak dalam program pengendalian polusi di negara bagian jika mereka ingin menjadi perekonomian 5 triliun dolar AS pada tahun 2024. Perekonomian India saat ini masih sekitar 2,9 triliun dolar AS.

Perusahaan teknologi pengendali kualitas udara dari Swiss, IQAir,  memasukkan tiga kota di India yakni New Delhi, Kolkata, dan Mumbai ke daftar 20 kota paling tercemar di dunia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement