Kamis 24 Dec 2020 16:03 WIB

Kado Pahit Tahun Baru

Ancaman ledakan penderita Covid-19 membayangi usai liburan tahun baru.

Seorang pria berjalan melewati toko-toko yang tutup di Regent Street, di London pada hari Senin 21 Desember 2020. Jutaan orang di Inggris telah belajar bahwa mereka harus membatalkan acara kumpul-kumpul Natal dan belanja liburan. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pada hari Sabtu bahwa pertemuan liburan tidak dapat dilanjutkan dan toko-toko yang tidak penting harus tutup di London dan sebagian besar Inggris selatan.
Foto: AP/Dominic Lipinski/PA
Seorang pria berjalan melewati toko-toko yang tutup di Regent Street, di London pada hari Senin 21 Desember 2020. Jutaan orang di Inggris telah belajar bahwa mereka harus membatalkan acara kumpul-kumpul Natal dan belanja liburan. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pada hari Sabtu bahwa pertemuan liburan tidak dapat dilanjutkan dan toko-toko yang tidak penting harus tutup di London dan sebagian besar Inggris selatan.

Oleh : Christianingsih*

REPUBLIKA.CO.ID, Musim liburan akhir tahun sudah tiba. Namun dengan pandemi Covid-19 yang melumpuhkan berbagai sendi kehidupan, pergantian tahun kali ini dipastikan lebih muram daripada tahun-tahun sebelumnya.

Sejumlah negara di Eropa sudah memperketat aturan pembatasan selama libur Natal dan Tahun Baru, agar tak makin memperparah penularan Covid-19. Apalagi Inggris baru saja menemukan mutasi baru virus corona yang lebih menular. Kabar itu bak bingkisan pahit di penghujung tahun bagi negara yang dipimpin Boris Johnson tersebut.

Inggris, yang akan memasuki akhir transisi Brexit pada 31 Desember mendatang, harus mengalami rasanya 'dikucilkan' oleh negara-negara Uni Eropa, bahkan dunia, lebih cepat. Banyak negara menutup perbatasan pada Senin (21/12) dan memblokir penerbangan dari Inggris karena khawatir terhadap mutasi virus corona yang sangat menular.

Kini kita tengok kondisi dalam negeri. Indonesia juga sedang menyiapkan 'kado' tahun barunya sendiri. 'Kado' pertama sudah mendarat di Tanah Air yakni kedatangan 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 asal China, Sinovac, pada 6 Desember silam. Belakangan Presiden Jokowi kembali mengembuskan kabar gembira lain yakni menggratiskan vaksin Covid-19 bagi warga Indonesia.

Akan tetapi sampai sekarang belum diketahui data soal keamanan dan efikasi (kemanjuran) dari uji klinis tahap ketiga vaksin itu. Kondisi ini berbanding terbalik dengan Pfizer/BioNTech yang merilis data efikasi vaksinnya 90 persen efektif.

Moderna juga sudah mengeklaim tingkat efikasi vaksin Covid-19 buatannya mencapai 94,5 persen. Untuk diketahui, tingkat efikasi merupakan unsur penentu bagi otoritas yang berwenang untuk meloloskan izin penggunaan darurat. Melihat kondisi demikian wajar banyak kalangan yang skeptis memandang vaksin Sinovac.

'Kado' kedua yakni liburan akhir tahun tetap ada. Walaupun akhirnya ada pemangkasan jumlah hari cuti bersama, libur akhir pekan yang panjang tetap masih terjadi yaitu pada 24-27 Desember 2020 dan 31 Desember 2020 sampai 3 Januari 2021.

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, usai liburan maka angka positif Covid-19 sekitar dua pekan kemudian mengalami lonjakan. Pergerakan penduduk saat liburan yang tidak disertai penerapan protokol kesehatan menjadi penyebab meroketnya angka positif Covid-19. Hal ini tercermin dalam penelitian Tim Sinergi Mahadata UI dengan Facebook berdasarkan data pergerakan penduduk Facebook GeoInsight pada 1 April hingga 8 Desember 2020 di Jawa dan Bali.

Bukan tidak mungkin kondisi serupa juga terjadi dalam libur panjang akhir tahun ini. Kalau sudah begini, siap-siap saja kita menerima 'kado' awal tahun berupa lonjakan pasien Covid-19 sebagai imbas liburan panjang. Pertanyaannya, sudah siapkah kita menerima kado pahit tahun baru?

*) Penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement