Selasa 22 Dec 2020 16:28 WIB

Anies: Pembangunan Jakarta Perlu Pendanaan Kreatif

Pendanaan tidak harus dari pemerintah karena adanya kontraksi APBD.

Rep: Flori sidebang/ Red: Friska Yolandha
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan pembangunan Jakarta ke depannya tidak hanya bersumber dari anggaran pengeluaran dan belanja daerah (APBD). Namun, jelas Anies, perlu pendanaan kreatif (creative financing) yang mengeksplor sumber-sumber lainnya.
Foto: Prayogi/Republika
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan pembangunan Jakarta ke depannya tidak hanya bersumber dari anggaran pengeluaran dan belanja daerah (APBD). Namun, jelas Anies, perlu pendanaan kreatif (creative financing) yang mengeksplor sumber-sumber lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan pembangunan Jakarta ke depannya tidak hanya bersumber dari anggaran pengeluaran dan belanja daerah (APBD). Namun, jelas Anies, perlu pendanaan kreatif (creative financing) yang mengeksplor sumber-sumber lainnya.

"Jadi mekanismenya mekanisme kolaborasi melibatkan berbagai pihak," kata Anies dalam sambutan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang disiarkan melalui akun Youtube Pemprov DKI, Selasa (22/12).

Menurut Anies, pendanaan kreatif itu perlu dieksplorasi untuk melaksanakan seluruh rencana pembangunan. Terutama apabila terjadi kontraksi pada APBD, seperti yang terjadi saat ini.

"Karena dengan creative financing yang harus kita explore, sehingga kita bisa tetap melakukan seluruh rencana pembangunan walaupun pendanaannya tidak selalu harus dari pemerintah karena adanya kontraksi di APBD kita," ujarnya.

Anies menyebut, salah satu pendanaan kreatif yang dilakukan oleh Pemprov DKI adalah membentuk Jakarta Development Collaboration Network atau JDCN. Dia menuturkan, melalui program ini harapannya dapat menjangkau sumber-sumber dana baru untuk pembangunan Ibu Kota.

"Di sinilah kita coba menjangkau sumber-sumber baru, metode-metode baru yang harapannya akan bisa ikut di dalam mendanai kegiatan-kegiatan pembangunan yang hari ini mayoritas atau kemarin sebelum krisis, mayoritas selalu dibiayai lewat APBD," tutur dia.

Sebelumnya, Anies juga menyampaikan, pada tahun 2020 perekonomian Ibu Kota mengalami resesi akibat pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini. Anies mengungkapkan, selama dua kuartal berturut-turut kondisi perekonomian Jakarta mengalami kontraksi.

"Di tahun 2020 ini, perekonomian Jakarta memasuki resesi. Selama 2 triwulan berturut-turut, perekonomian kita mengalami kontraksi," ungkapnya.

Anies menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Jakarta pada kuartal II anjlok sebesar minus 8,23 persen. Kemudian, pada kuartal III sebanyak minus 3,82 persen year on year (yoy).

Menurut Anies, krisis ini terjadi lantaran masyarakat membatasi kegiatan selama pandemi untuk mencegah terjadinya penyebaran virus corona. "Kita semua membatasi kegiatan. Jadi (kontraksi ekonomi) bukan karena salah perhitungan dalam kegiatan investasi pelaku-pelaku ekonomi di Jakarta, tapi karena supply dan demand mengalami penurunan yang amat serius akibat kita semua harus melakukan pencegahan terhadap penularan virus lewat pengurangan aktivitas (ekonomi)," papar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement