Selasa 22 Dec 2020 13:47 WIB

Budi Daya Kopi dengan Sistem Agroforestri

Para petani menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan sistem ini.

Rep: Herning Banirestu (swa.co.id)/ Red: Herning Banirestu (swa.co.id)
Budi Rahardjo, Agriculture and Economic Development Manager Danone Indonesia
Budi Rahardjo, Agriculture and Economic Development Manager Danone Indonesia

Kopi merupakan kekayaan alam Indonesia. Menariknya, ada kopi yang dikembangkan dengan sistem agroforestri ramah lingkungan yang dilengkapi pembuatan rorak. Sistem ini mampu membantu mengurangi air hujan langsung mengalir ke permukaan yang lebih rendah dan mengoptimalkan peresapan air hujan ke dalam tanah sehingga berkontribusi terhadap konservasi air. Kopi ini adalah Kopi Tirto.

Danone-Aqua bersama Yayasan Nirudaya, organisasi nirlaba mengembangkan Kopi Tirto yang dibudidayakan dengan kaidah konservasi di berbagai daerah tangkapan air (catchment area) dengan ketinggian 400-1400 Dpl.

Budi daya Kopi Tirto telah melibatkan lebih dari 120 petani dampingan yang tersebar di wilayah Jempanang Badung (Bali), Wonosobo (Jawa Tengah), Pandaan (Jawa Timur) dan Tanggamus (Bandar Lampung). Saat ini, produk Kopi Tirto sudah tersedia di pasaran untuk dinikmati para penikmat kopi Nusantara.

Para petani menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan sistem ini. Oleh karena itu, mereka diberikan pelatihan-pelatihan tentang budidaya kopi dan penanganan paska panen agar dapat menghasilkan biji kopi dengan kualitas prima. Dari sisi pelatihan budi daya, Danone-Aqua bekerja sama dengan berbagai mitra lainnya untuk melakukan pendampingan kepada para petani agar mereka dapat membudidayakan kopi sesuai dengan kaidah konservasi.

Sedangkan Yayasan Nirudaya menjadi mitra guna memastikan pemasaran dari hasil panen kopi yang dihasilkan, sekaligus memberikan pendampingan kepada para petani tentang pengolahan yang baik paska panen. Selain itu, Nirudaya pun mengadakanpelatihan pengolahan biji kopi untuk menghasilkan minuman kopi yang digemari oleh konsumen.

Dalam diskusi yang dilakukan secara virtual pada Jum’at 18 Desember 2020, Irvan Helmi, Ketua Dewan Pengurus Sustainable Coffee Platform Indonesia (SCOPI) menjelaskan, dalam industri kopi yang semakin berkembang, terdapat hal-hal yang juga perlu diingat dan harus berjalan beriringan dengan kemajuan industri tersebut. Pertama, adalah memberdayakan dan menciptakan kesempatan dari sisi ekonomi untuk para petani, memperkuat keamanan pangan, dan memperhatikan keberlanjutan lingkungan.

Semangat Kopi Tirto diharapkan dapat sejalan dengan para penggiat Organisasi Kopi Internasional Milan yang menjadikan tanggal 1 Oktober 2015 sebagai Hari Kopi Internasional. Pada momen tersebut dikampanyekan tentang perdagangan kopi yang adil serta kesejahteraan para petani kopi. Terkait inisiatif ini, Budi Rahardjo, Agriculture and Economic Development Manager Danone Indonesia mengungkapkan, kopi sebagai bagian dari tradisi masyarakat Indonesia perlu diperhatikan, mulai dari lingkungan tumbuhnya hingga kesejahteraan petaninya.

“Selain untuk memberikan kesejahteraan kepada petani, tujuan lain adalah bersama menjaga kualitas dan kuantitas air serta keberlanjutan lingkungan. Untuk itu, dibutuhkan pemahaman dari para mitra petani melalui berbagai pembekalan untuk dapat menerapkan sistem pertanian kopi yang ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan visi Danone “One Planet.One Health” dimana kami percaya bahwa kesehatan dan keberlanjutan lingkungan adalah hal yang saling berhubungan,” jelas Budi.

Martin Kreshna, Executive Director Yayasan Nirudaya berharap kemitraan ini mendorong terwujudnya perdagangan kopi yang adil bagi petani dan lingkungan. Dia juga menambahkan bahwa Nirudaya mengajak partisipasi masyarakat dengan melibatkan anak muda desa untuk mau terjun ke usaha kopi. Salah satunya adalah dengan melakukan pelatihan tentang standarisasi kualitas kopi dan roasting, dan pemasaran kopi. Harapan dari pelatihan tersebut adalah untuk meningkatkan nilai tambah kopi konservasi dan adanya regenerasi profesi petani kopi. Peserta dari pelatihan itu hampir semuanya adalah anak muda di Desa Mlandi, Wonosobo.

“Kesimpulan yang didapatkan dari penelusuran itu adalah konservasi akan dilakukan ketika kebutuhan ekonomi tercukupi dan sebaliknya, ekonomi tanpa konservasi juga akan sia-sia karena tidak ada keberlanjutan. Kami yakin kopi konservasi seperti Kopi Tirto akan diminati pasar ditengah semakin tingginya perhatian konsumen terhadap lingkungan,” jelas Martin.

I Ketut Kartika Yasa, petani kopi Tirto yang turut hadir dalam kesempatan itu juga mengungkapkan manfaat yang telah dirasakan sejak mendapatkan pelatihan tentang budidaya kopi konservasi. “Sejak mengikuti program ini tahun 2019, petani kopi di Badung (Bali) mulai merasakan manfaat dari segi peningkatan penghasilan. Kami juga tidak khawatir lagi dengan kekeringan karena tanaman kopi itu juga mampu menyerap atau menampung debit-debit air hujan. Karena air yang diserap nanti akan mengalir ke sungai-sungai,” jelas Yasa. Dia berharap agar kopi yang dibudidaya melalui program kopi konservasi ini bisa mendapatkan kualitas kopi yang terbaik.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement