Selasa 22 Dec 2020 11:10 WIB

Airlangga: 2021 Merupakan Tahun Pemulihan Ekonomi

Harga komoditas utama Indonesia di pasar global, seperti CPO dan Nikel, akan pulih.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto
Foto: BNPB Indonesia
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyebut perekonomian Indonesia pada tahun menjadi peluang pemulihan. Hal ini terlihat dari sejumlah data yang terlihat pada akhir 2020.

Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan sejumlah peluang pemulihan ekonomi 2021 antara lain penguatan nilai tukar rupiah dan pasar pasar. Tercatat laju indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak dari level 5.400 menjadi 6.165,62 pada penutupan pasar per 21 Desember dan nilai tukar rupiah berada pada level Rp 14.130 per dolar AS.

Baca Juga

“Pada 2021 akan menjadi tahun yang penuh peluang, tahun opportunity, tahun pemulihan ekonomi nasional, dan pemulihan ekonomi global. Pada 2021 merupakan saat yang tepat untuk kembali bekerja, kembali mengembangkan usaha, dan optimis memanfaatkan peluang," ujarnya saat acara Outlook Perekonomian Indonesia Meraih Peluang Pemulihan Ekonomi 2021, Selasa (22/12).

Menurutnya peluang pemulihan ekonomi 2021 yang lain antara lain perbaikan tingkat harga komoditas utama Indonesia di pasar global, serta perluasan akses pasar sebagai akibat dari kerja sama perdagangan luar negeri yang dibangun bersama. Adapun harga komoditas, ada pemulihan harga komoditas utama Indonesia di pasar global, seperti CPO dan Nikel. 

“Pulihnya harga komoditas ini akan memberikan dampak multiplier yang besar terhadap aktivitas ekonomi domestik, sehingga dapat mempercepat pemulihan ekonomi nasional,” ucapnya.

Dari sisi pemulihan ekonomi global, lanjut Airlangga, dilihat dari aktivitas manufaktur di negara maju dan negara berkembang, mulai memasuki fase ekspansif. Hal ini terlihat dari meningkatnya aktivitas manufaktur di Indonesia, yang terdorong dari peningkatan utilisasi industri dalam negeri. 

“Hal ini mengindikasikan adanya optimisme pelaku sektor bisnis, terhadap kondisi perekonomian ke depan. Sinyal perbaikan juga terjadi pada Indonesia, perekonomian telah melewati titik terendahnya (rock bottom) pada triwulan dua 2020,” ucapnya.

“Pada triwulan tiga 2020, Indonesia terkontraksi minus 3,49 persen (yoy), masih lebih baik dibandingkan beberapa negara lain seperti Jerman, Singapura, Filipina, Meksiko, dan Spanyol yang terkontraksi lebih dari empat persen,” ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement