Selasa 22 Dec 2020 10:43 WIB

Anak-Anak Rentan Terinfeksi Varian Baru Virus Covid-19

Varian baru Covid-19 itu dengan cepat menjadi strain dominan di selatan Inggris

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Varian baru SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 yang ditemukan di Inggris memiliki kecenderungan menginfeksi anak-anak. Hal itu diungkap kelompok peneliti pemerintah Inggris yakni New and Emerging Respiratory Virus Threats Advisory Group (NERVTAG). 

Menurut NERVTAG, varian baru SARS-Cov-2 itu dengan cepat menjadi strain dominan di selatan Inggris. Hal tersebut dapat terjadi pula di seluruh Inggris. "Kami sekarang memiliki keyakinan tinggi bahwa varian ini memang memiliki keunggulan penularan dibandingkan varian virus lain yang sekarang ada di Inggris," kata Ketua NERVTAG Peter Horby pada Senin (21/12). 

Baca Juga

Anggota NERVTAG yang juga ahli epidemiologi penyakit menular di Imperial College London Neil Ferguson mengungkapkan bahwa varian baru SARS-Cov-2 lebih mudah menular ke anak-anak. "Ada petunjuk bahwa ia memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menginfeksi anak-anak," ujarnya.

Ferguson mengatakan NERVTAG belum bisa menetapkan kausalitas apa pun tentang hal tersebut. Namun mereka dapat melihatnya di data. "Kami perlu mengumpulkan lebih banyak data untuk melihat bagaimana perilakunya di masa mendatang," ucapnya. 

Anggota NERVTAG yang juga spesialis virologi di Imperial College London Wendy Barclay menjelaskan di antara mutasi pada varian baru adalah perubahan cara ia memasuki sel manusia. Dengan demikian, anak-anak mungkin sama rentannya terhadap virus itu seperti orang dewasa. 

"Oleh karena itu, dengan pola pencampuran mereka, Anda akan melihat lebih banyak anak yang terinfeksi," ujar Barclay. 

Inggris telah menamakan varian baru SARS-Cov-2 yang ditemukannya sebagai VUI202012/01. VUI adalah singkatan dari Variant Under Investigation. Lebih dari 40 negara telah memutuskan menerapkan larangan penerbangan atau perjalanan dari dan ke Inggris. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement