Ahad 20 Dec 2020 19:20 WIB

Munas Tarjih 31 Muhammadiyah Resmi Ditutup

Penutupan munas tarjih Muhammadiyah dilakukan secara daring.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Hafil
Munas Tarjih 31 Muhammadiyah Resmi Ditutup. Foto: Logo Muhammadiyah.
Foto: Antara
Munas Tarjih 31 Muhammadiyah Resmi Ditutup. Foto: Logo Muhammadiyah.

REPUBLIKA.CO.ID,GRESIK -- Muhammadiyah menggelar upacara penutupan Musyawarah Nasional Tarjih ke-31 secara daring. Ini merupakan Munas Tarjih terpanjang dalam sejarah Muhammadiyah karena berlangsung sejak 28 November-20 Desember 2020.

Ketua PP Muhammadiyah, Prof Syafiq A Mughni mengatakan, semua sudah memahami pentingnya Majelis Tarjih dan Tajdid dalam keseluruhan struktur Persyarikatan Muhammadiyah. Sebab, pikiran dan pandangan MTT memang jadi ruh persyarikatan.

Baca Juga

"Tanpa Majelis Tarjih dan Tajdid, Muhammadiyah akan kehilangan atau terganggu karakteristik gerakan keagamaannya, keberhasilan Majelis Tarjih dan Tajdid merupakan keberhasilan Persyarikatan Muhammadiyah," kata Syafiq, Ahad (20/12).

Ia melihat, Tarjih dan Tajdid memberi ruh paling konkret agar kita semua mampu sinergikan berbagai ilmu pengetahuan. MTT dirasa perlu jadi kawah candradimuka mengembangkan tradisi keulamaan dalam mengembangkan Ilmu pengatahuan agama.

Sebab, Syafiq merasa, harus ada kelompok yang bisa mendalami agama secara benar benar. Karenanya, penilaian Muhammadiyah kekurangan ulama jelas tidak beralasan karena ada begitu banyak ilmuwan agama, cendekiawan dan pemikir Muhammadiyah.

"Hanya saja, tradisi kita menyebut ulama tidak berkembang di Muhammadiyah, kita yakin tradisi keulamaan itu berkembang dan harus kita kembangkan, sehingga jadi ruh yang lebih konkrit bagi pergerakan persyarikatan secara keseluruhan," ujar Syafiq.

Muhammadiyah, lanjut Syafiq, merasakan betul kebutuhan ilmuwan agama di daerah daerah terpencil. Jadi, tidak bisa kita cuma membicarakan kuantitas seberapa banyak ulamanya, tapi harus sudah kepada peningkatan kualitas ulamanya.

Syafiq menyampaikan keinginan agar Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) semakin serius mengembangkan studi Islam. Sehingga, melahirkan ilmuwan-ilmuwan mumpuni, termasuk memberdayakan alumni-alumni perguruan tinggi.

Secara khusus, Syafiq memuji kajian-kajian yang dilakukan dua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM), yaitu PCIM Amerika Serikat dan PCIM Mesir. Semua seharusnya bisa disinergikan agar meningkatkan kualitas pikiran dan pandangan.

Untuk itu, ia mengimbau agar terus diberdayakan alumni-alumni perguruan tinggi yang memiliki kemampuan komprehensif. Baik itu dari timur tengah, dari barat, maupun Indonesia agar terbangun sinergi disiplin ilmu dari tempat masing-masing.

"Sebab, kitab-kitab yang ditulis ulama-ulama Hambali, Syafii, Maliki, Hanafi dan lain sebagainya, bahkan penulis-penulis muktazilah semuanya memiliki singgungan terhadap pikiran kontemporer Muhammadiyah," kata Syafiq.

Muhammadiyah, kata Syafiq, ingin memperkuat pula pondok pesantren. Walaupun kebanyakan masih tingkat sekolah menengah dan belum pendidikan tinggi, ia bersyukur sudah banyak pula ponpes-ponpes yang berafiliasi ke PTMA.

Kemudian, ia mengingatkan, pengkajian hasil tarjih dan fatwa fatwa yang sudah diproduksi menjadi kajian yang sangat menarik. Sebab, ia menegaskan, tanggung jawab Majelis Tarjih dan Tajdid sangat vital dan tidak bisa diabaikan.

"Harus jadi pondasi spiritual, pondasi keagamaan dan pondasi ideologi bagi pergerakan bagi persyarikatan Muhammadiyah secara luas," ujar Syafiq.

Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik, Prof Setyo Budi menuturkan, agenda ini jadi lebih berat pelaksanannya lantaran pandemi Covid-19. Namun, ia bersyukur, adaptasi teknologi yang ada membuat Munas Tarjih terselenggara secara lancar.

Munas Tarjih, kata Setyo, bertujuan menetapkan ketentuan atau kebijakan dalam persoalan agama dari perspektif Muhammadiyah. Banyak pula membahas soal-soal fundamental dan strategis, yang penting sebagai pedoman manusia jalani hidup.

"Semoga putusan-putusan Munas Tarjih Muhammadiyah ke-31 bermanfaat untuk warga Muhammadiyah secara khusus, serta umat Islam, bangsa dan negara Indonesia yang kita cintai dan kita banggakan," kata Setyo.

Ketua Panitia Munas Tarjih 31 Muhammadiyah, Ruslan Fariadi mengatakan, pandemi mengubah banyak sendi kehidupan. Karenanya, Muhammadiyah beberapa bulan ini banyak menerbitkan surat edaran dan fatwa keagamaan terkait kondisi pandemi.

Pandemi turut berdampak kepada pelaksanaan Munas Tarjih, yang seharusnya akan dilaksanakan secara luring. Terlebih, ini jadi Munas Tarjih terpanjang dalam sejarah Muhammadiyah karena berlangsung sejak 28 November-20 Desember 2020.

Namun, ia menekankan, semua tetap disiapkan dan dijalankan penuh amanah. Jadi, diharapkan tidak sedikitpun mengurangi kualitas pelaksanaan maupun putusan munas bertajuk Mewujudkan Nilai-Nilai Keislaman yang Maju dan Mencerahkan ini.

"Doakan kami, semoga kami tetap amanah, diberi kekuatan dan kesehatan," ujar Ruslan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement